NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Rabu, 06 Oktober 2010

Picu Monopoli FWA, KPPU Bisa Batalkan Merger Flexi-Esia Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) khawatir rencana merger dua layanan telepon fixed wireless access (FWA) berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) milik Telkom (Flexi) dan Bakrie Telecom (Esia) akan memicu monopoli.

"Apabila memang berpotensi mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, KPPU berwenang untuk membatalkan merger tersebut," tegas Plh. Kepala Biro Humas dan Hukum Kepala Bagian Advokasi KPPU, Zaki Zein Badroen, dalam keterangan yang diterima detikINET, Senin (20/9/2010).

Sebagaimana diatur dalam PP No. 57/2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU pun menyarankan Telkom dan Bakrie agar melakukan konsultasi.

"Kedua perusahaan tersebut mendominasi pasar FWA, jika digabung kita mengharapkan tidak melanggar Pasal 28 dan 29 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat," jelas Zaki.

Kedua perusahaan telekomunikasi itu menguasai lebih dari 80 persen pelanggan FWA di Indonesia. Flexi memiliki 16,2 juta pelanggan, sementara Esia sekitar 11,1 juta. Hal yang sama berlaku untuk jumlah infrastruktur Base Transceiver Station (BTS). Flexi memiliki 5.600 BTS sedangkan Esia lebih dari 4.000 unit BTS.

Berdasarkan laporan keuangan Bakrie Telecom per Juni 2010, pada 16 Juli 2010 salah satu emiten Grup Bakrie ini kembali berutang USD 30 juta. Setelah itu pada 12 Agustus 2010 berhutang RMB 2 miliar dari Industrial and Commercial Bank of China dan Huawei Technologies Co. Ltd.

Tambahan utang ini membuat beban bunga yang dibayarkan oleh Esia kembali menanjak sehingga menekan bottom line perseroan. Tercatat, laba bersih Bakrie Telecom pada semester I lalu anjlok drastis 96,29 persen dari Rp 72,8 miliar menjadi Rp 2,7 miliar.

Sebelumnya, Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah sempat menegaskan, konsep tidak adanya keluar dana dari perseroan dalam bersinergi dengan Bakrie Telecom tetap akan dijaga.

Menurutnya, hingga kini pembahasan sinergi sudah pada tingkat struktural dan
bersifat penting, seperti valuasi. Perseroan pun sedang memproses izin dari KPPU dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk mendapatkan restu.

"Kalau sudah tercapai kesepakatan, kami akan membuat dulu MoA (Memorandum of
Agreement)," jelasnya beberapa waktu lalu.

Sementara, Direktur Layanan Korporasi Rakhmat Junaidi, untuk sementara menolak memberi komentar ketika dikonfirmasi tentang rencana merger Flexi-Esia. Pun, begitu pula dengan statement terbaru KPPU ini.

( rou / rns )
Selengkapnya »»  

Cegah Monopoli, Flexi dan Esia Diminta Lapor KPPU Wahyu Daniel - detikFinance

Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bakrie Telecom Tbk untuk melakukan konsultasi terkait rencana merger antara Flexi dan Esia.

Demikian disampaikan Kepala Biro Humas dan Hukum Kepala Bagian Advokasi KPPU Zaki Zein Badroen dalam siaran pers, Senin (20/9/2010).

"Hal ini sebagaimana diatur dalam PP No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat," ujarnya.

Dikatakan Zaki, merger tersebut dilakukan pada pasar telekomunikasi layanan seluler berbasis code division multiple access (CDMA) di Indonesia memiliki segmen konsumen yang sangat besar dan cukup menjanjikan.

Kedua perusahaan tersebut sekarang mendominasi pasar seluler berbasis CDMA di Indonesia dan sangat beralasan bila kedua market leader tersebut akan mengarah adanya praktik monopoli jika sudah tidak ada lagi kompetitornya.

"Pasalnya, selama ini Flexi merupakan produk Telkom merupakan pesaing ketatnya Esia, yang merupakan produk Bakrie Telkom. Diharapkan merger yang akan dilaksanakan tersebut tidak melanggar Pasal 28 dan 29 Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat," katanya.

Zaki menjelaskan, merger dan akusisi yang memenuhi threshold, harus dilaporkan ke KPPU sesuai yang diatur dalam PP No. 57 Tahun 2010. Apabila memang berpotensi mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, KPPU berwenang untuk membatalkan merger tersebut.

Untuk menghindari hal tersebut, maka diadakan forum konsultasi di mana pelaku usaha yang akan melakukan merger dan akuisisi dapat berkonsultasi mengenai akibat yang akan terjadi bila merger dan akuisisi tersebut dilakukan. Sehingga kerugian yang lebih besar dapat dihindari. (dnl/qom)

Selengkapnya »»  

Telkom Belum akan Lapor KPPU soal Merger Flexi dan Esia Angga Aliya - detikFinance

Jakarta - PT Telkom Indonesia Tbk belum akan melapor kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait rencana kerjasama anak usahanya, Flexi, dengan Esia milik PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Pasalnya, saat ini negosiasi antara keduanya masih berlangsung dan belum ada kesepakatan.

Demikian hal itu dikemukakan oleh Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (20/9/2010).

"Belum ada apa-apa, kalau sudah ada sesuatu baru lapor. Kalau ada, kami akan lapor ke KPPU, pasti itu," jelasnya.

Ia mengatakan, saat ini negosiasi antara Telkom dan anak usaha Grup Bakrie itu masih berlangsung dan belum ada kesepakatan. Menurutnya, bisa saja tidak tercapai kesepakatan sehingga rencana kerjasama itu bisa dibatalkan.

"Kalau sudah kesepakatan kita lapor, kalau ada, kan bisa ada bisa nggak loh," ujarnya.

Menurut Rinaldi, langkah KPPU meminta Telkom dan BTEL melaporkan rencananya tersebut sudah betul. Pasalnya, rencana kerjasama tersebut harus dikonsultasikan terlebih dahulu agar tidak memacu kegiatan monopoli.

"KPUU itu sudah betul, ada 2 institusi yang mengawasi KPUU dan BRTI. Itu betul harus melapor," katanya.

Sebelumnya, KPPU sudah meminta Telkom dan Bakrie Telecom untuk melakukan konsultasi terkait rencana merger antara Flexi dan Esia. Konsultasi dilakukan agar kerjasama antara keduanya tidak memicu kegiatan usaha yang tidak sehat. (ang/dnl)
Selengkapnya »»  

KPPU Cium Monopoli dalam Merger Flexi-Esia Suhendra - detikFinance

Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) hingga kini belum menerima pra notifikasi rencana merger (sinergi) antara Flexi dan Esia. Namun KPPU sudah mencium indikasi kuat terhadap peluang pengusaan pasar mendekati 100% pasca penggabungan dua operator CDMA tersebut.

"Kalau bicara berpotensi, ya berpotensi karena pangsa pasarnya akan 100%, hampir," kata Ketua KPPU Tresna P. Soemardi di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Senin (20/9/2010).

Tresna mengatakan meski pra notifikasi atau konsultasi dengan KPPU sebelum merger bersifat sukarela. Ia menyarankan sebaiknya pelaku usaha yang akan merger termasuk Flexi-Esia untuk melakukan konsultasi dengan KPPU.

"Kalau ada pra notifikasi, kita akan analisa itu pentingnya konsultasi. KPPU menyarankan karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Perlu dilakukan pra notifikasi, dari pada disetujui (merger), tapi kemudian hari tiba-tiba dibatalin (KPPU)," jelas Tresna.

Meski sebatas indikasi, setidaknya ia menggambarkan penggabungan dua operator CDMA itu akan mengusai pangsa pasar 80-90%. Mengingat pesaing CDMA lainnya seperti Fren, Starone memiliki pangsa pasar yang kecil.

Sementara itu anggota Komisioner KPPU yang membidangi interdept Anna Maria Trianggraini mengatakan selama ini sesuai dengan ketentuan merger dua entitas bisnis wajib melakukan notifikasi ke KPPU jika penggabungan itu mencapai aset Rp 2,5 triliun dengan omset Rp 5 triliun.

"Saya yakin dia (Flexi-Esia) melewati itu, kita punya keyakinan," katanya.

Anna juga mengatakan KPPU juga memiliki parameter yang disebut indeks konsentrasi pasar dengan batas diambang 1.800, yang menjadi dasar sebuah entitas bisnis menguasai pasar atau tidak (monopoli).

Dikatakannya pra notifikasi sangat penting bagi pelaku usaha, karena jika pelaku usaha sudah melakukan konsultasi ke KPPU terlebih dahulu kemudian dinyatakan tak bermasalah, namun jika dikemudian hari ada penyalahgunaan atas posisi dominannya, maka KPPU tidak akan melakukan pembatalan merger.

"Kalau kita sudah mengatakan boleh, seandainya ada masalah di kemudian hari, maka KPPU hanya akan mengenakan pasal lain," jelas Anna.

Sementara Tresna juga menambahkan KPPU dalam bekerja tidak hanya melihat dari sisi konsentrasi pasar saja, namun dilihat dari sisi kepentingan atau tujuan dari merger.

"Kita lihat juga apakah ada efisiensi, apakah ada kepailitan," katanya.

Menurutnya jika penggabungan atau merger berdampak pada efisiensi yang berimbas pada tarif yang murah maka itu suatu hal yang positif.

Namun ia mengingatkan kecenderungan dari pengusaan pasar atau monopoli justru cenderung berdampak pada eskalasi tarif (mahal).

(hen/dnl)
Selengkapnya »»  

Soal Merger Flexi-Esia, BRTI Tak Setuju Ada Monopoli FWA Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) belum dalam posisi setuju atau
menolak soal rencana merger Telkom Flexi dan Esia milik Bakrie Telecom. Namun jika berpotensi monopoli, maka kasus ini akan jadi perhatian serius regulator.

Menurut Anggota BRTI Heru Sutadi, pihaknya belum mendapat laporan dari Telkom maupun Bakrie Telecom. Keduanya juga dinyatakan belum berkonsultasi ke BRTI soal rencana konsolidasi layanan Fixed Wireless Access (FWA) berteknologi Code Division Multiple Access (CDMA) ini.

"Sehingga BRTI belum dalam posisi setuju atau menolak. Tapi kami memiliki concern yang sama dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), mengingat keduanya adalah pemain dominan di FWA," ungkap Heru kepada detikINET di Jakarta, Selasa (21/9/2010).

Baik Telkom maupun Bakrie Telecom, jika digabung menguasai lebih dari 80 persen pelanggan FWA di Indonesia. Flexi memiliki 16,2 juta pelanggan, sementara Esia sekitar 11,1 juta. Hal yang sama berlaku untuk jumlah infrastruktur Base Transceiver Station (BTS). Flexi memiliki 5.600 BTS sedangkan Esia lebih dari 4.000 unit BTS.

Sementara pemain FWA lainnya masih ada dua operator lagi, yakni Indosat StarOne dan Hepi dari Mobile-8 Telecom. Jumlah pelanggan keduanya relatif kecil. StarOne terbilang stagnan dengan pelanggan tak lebih dari 700 ribu. Sementara Hepi cuma tak sampai 300 ribu.

"Dalam konsolidasi, selain jangan sampai terjadi perilaku monopoli yang menghambat persaingan, yang juga jadi concern kami adalah terkait dengan sumber daya terbatas seperti frekuensi dan penomoran," jelas Heru.

Sebelumnya diberitakan, KPPU sempat menyatakan khawatir bahwa rencana merger dua layanan telepon FWA ini akan memicu monopoli.

"Apabila memang berpotensi mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, KPPU berwenang untuk membatalkan merger tersebut," tegas Plh. Kepala Biro Humas dan Hukum Kepala Bagian Advokasi KPPU, Zaki Zein Badroen.

Sebagaimana diatur dalam PP No. 57/2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU pun menyarankan kedua operator agar melakukan konsultasi.

"Kedua perusahaan tersebut mendominasi pasar FWA, jika digabung kita mengharapkan tidak melanggar Pasal 28 dan 29 UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat," jelas Zaki.

Sekjen Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Mas Wigrantoro Roes Setyadi juga mengingatkan, sebelum merger terjadi harus dipikirkan matang-matang. Sebab, salah ambil keputusan malah bisa terseret kasus korupsi karena merugikan negara.

"Kalau hanya mengejar deadline, asal ditandatangani, mengejar akhir masa jabatan, iya kalau kebeneran. Kalau pas sial, yang terlibat bisa kena pasal 2 dan 3 UU Anti Korupsi. Saran saya sih jangan terburu-buru. Lakukan dengan teliti, komprehensif, dan seksama," papar pengamat kebijakan publik ini.

Apa alasannya kena pasal anti korupsi? "Salah hitung, nilai transaksi bisa dianggap overvalue. Terus ada pengalihan aset publik (Flexi) ke swasta (Esia). Atau barangkali ada titipan-titipan. Kan semua ini menjadi sasaran anti korupsi," urai Mas Wig, panggilan akrabnya.

"Mungkin maksudnya bukan secara sengaja mau korupsi. Namun ketergesaan cenderung teledor, tidak teliti, yang dapat berujung pada kerugian negara. Jangan lupa, yang akan ditransaksikan dari pihak Telkom adalah aset publik milik negara," jelasnya lebih lanjut.

Selaku pemilik saham minoritas di kedua operator ini, Mas Wig berpendapat
penggabungan ini bisa menyelematkan posisi keuangan Bakrie.

"Bisa jadi ini kesepakatan politis, who knows? Bagi Flexi, penggabungan bisa
memberikan alasan untuk lebih diperhatikan dan tumbuh kembang. Bagi Esia, rapid growth," tandasnya.

Berdasarkan laporan keuangan Bakrie Telecom per Juni 2010, pada 16 Juli 2010 salah satu emiten Grup Bakrie ini kembali berutang USD 30 juta. Setelah itu pada 12 Agustus 2010 berhutang RMB 2 miliar dari Industrial and Commercial Bank of China dan Huawei Technologies Co. Ltd.

Tambahan utang ini membuat beban bunga yang dibayarkan oleh Esia kembali menanjak sehingga menekan bottom line perseroan. Tercatat, laba bersih Bakrie Telecom pada semester I lalu anjlok drastis 96,29 persen dari Rp 72,8 miliar menjadi Rp 2,7 miliar.

( rou / rns )
Selengkapnya »»  

Merger Flexi-Esia Bisa Terseret Kasus Korupsi Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Rencana merger antara Telkom Flexi dan Esia milik Bakrie Telecom dinilai sah-sah saja. Namun sebelum merger terjadi harus dipikirkan matang-matang. Sebab, salah ambil keputusan malah bisa terseret kasus korupsi karena merugikan negara.

Demikian pendapat yang diutarakan Mas Wigrantoro Roes Setyadi, Sekjen Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), saat berbincang dengan detikINET, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (21/9/2010).

Menurut dia, merger antardua penguasa pasar layanan fixed wireless access (FWA) dengan teknologi CDMA itu mungkin saja terlaksana tahun ini juga. Namun dengan catatan, semua 'pekerjaan rumah' sudah diselesaikan tuntas secara alamiah.

"Kalau hanya mengejar deadline, asal ditandatangani, mengejar akhir masa jabatan, iya kalau kebeneran. Kalau pas sial, yang terlibat bisa kena pasal 2 dan 3 UU Anti Korupsi. Saran saya sih jangan terburu-buru. Lakukan dengan teliti, komprehensif, dan seksama," papar pengamat kebijakan publik ini.

Apa alasannya kena pasal anti korupsi? "Salah hitung, nilai transaksi bisa dianggap overvalue. Terus ada pengalihan aset publik (Flexi) ke swasta (Esia). Atau barangkali ada titipan-titipan. Kan semua ini menjadi sasaran anti korupsi," urai Mas Wig, panggilan akrabnya.

"Mungkin maksudnya bukan secara sengaja mau korupsi. Namun ketergesaan cenderung teledor, tidak teliti, yang dapat berujung pada kerugian negara. Jangan lupa, yang akan ditransaksikan dari pihak Telkom adalah aset publik milik negara," jelasnya lebih lanjut.

Selaku pemilik saham minoritas di Telkom (TLKM) dan Bakrie Telecom (BTEL), Maswig memberikan pesan. "Saya hanya mengingatkan agar kawan-kawan manajemen TLKM dan BTEL berhati-hati, meskipun tujuannya bagus untuk masyarakat."

Kacamata Berbeda


Jika ditanya soal urgensi dari rencana merger itu sendiri, tentu jawaban yang akan disampaikan Mas Wig berbeda-beda. Menurutnya, ia punya banyak 'topi' yang bisa dikenakan untuk memberikan pandangan.

"Kalau sebagai pribadi yang bukan pelanggan Flexi dan atau Esia, tidak ada pengaruhnya apa-apa. Kalau sebagai pemegang saham minoritas BTEL maupun TLKM, saya concern bagaimana nasib saham keduanya pasca penggabungan".

"Kalau sebagai pengurus Mastel, tentu menyambut positif. Kalau sebagai pengamat, nah ini ceritanya banyak dan panjang," demikian Mas Wig mulai bercerita.

"Soal perlu atau tidak, tergantung dari kaca mata siapa? Awam? Mungkin tak peduli. Vendor teknologi? Mungkin mereka cemberut. Lah, semula dua pelanggan, bakal jadi satu, menyusut."

"Pemilik saham majoritas BTEL? Penggabungan ini bisa menyelematkan posisi keuangan. Manajemen BTEL dan TLKM? Ada mainan baru. Karyawan BTEL dan TLKM? Ada yang sungut-sungut, ada pula yang gembira.

"Majority shareholder TLKM? bisa jadi ini kesepakatan politis, who knows? Bagi Flexi? Penggabungan bisa memberikan alasan untuk lebih diperhatikan dan tumbuh kembang. Bagi Esia? Rapid growth."

"Sebagai pengamat, saya berpendapat secara umum penggabungan ini dapat menciptakan nilai positif bagi industri telekomunikasi, terjadi efisiensi sumber daya, meningkatkan kualitas kompetisi," urainya panjang lebar

Dari aspek teknis, Mas Wig menilai belum banyak yang bisa dikomentari lantaran masih menunggu banyak hal seperti bentuk penggabungan (merger atau akuisisi -- bila merger formatnya seperti apa), nilai masing-masing portofolio (Flexi dan Esia) yang kemudian mencerminkan kelayakan transaksi.

Lantas, lanjut dia, apapun pilihan bentuk penggabungan, tetap akan menimbulkan konsekuensi regulatory compliance yang berbeda. Regulator dinilai olehnya perlu secara proaktif menyiapkan regulasi untuk aksi tersebut.

Kemudian, bentuk penggabungan juga akan berdampak pada format organisasi baru pasca gabung. "Dalam hal ini perlu diantisipasi akseptasi atau resistensi SDM pelaksana dari kedua entitas," pungkas dia.
Selengkapnya »»  

Simpang Ajal

Cerpen Satmoko Budi Santoso

SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!

"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta.

"Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.

Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.

"Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.

Montenero menghela napas. Menggeliat.
"Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.

"Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"

Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.

"Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?

"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"

Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.

Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?

"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.

"O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"

Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.

"Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang."

"Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
"Terserah!"
"Bagaimana, Belati?"
"Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"

Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak. ***
Selengkapnya »»  
Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat