NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Minggu, 27 Januari 2013

Tukang Bubur Naik Haji, Sinetron Religikah?

Nangkris***

Mudah2an Anda termasuk orang yang selalu menunggu kehadiran sinetron “TUKANG BUBUR NAIK HAJI” (TBNH) yang tayang setiap hari Sabtu samapi kamis malam. Sinetron yang disutradarai oleh Ucik Supra dan dibintangi oleh beberapa bintang ternama seperti Mat Solar sebagai H Sulam, Nani Wijaya sbg Emak, Citra Kirana sebagai Rumanah, Andi Arsyil Rahaman sebagai Robby dimana mereka merupakan tokoh sentral dalam sinetron ini.

Sinetron yang bergenre sinetron Islami, kisah rakyat sehari-hari dan religi komedi itu menceritakan kisah seorang penjual bubur bernama Sulam yang oleh karena ketekunan dan mempunyai niat yang tingg untuk menunaiakan ibadah haji, terutama Emaknya akhirnya niat itu dikabulkan oleh Allah dan benar Sulam telah menjadi seorang Haji, Haji Sulam..

Namun dalam perjalanan kehidupan sosial sehari-hari H Sulam mendapat rival seorang haji dua kali yang memiliki perilaku sangat bertolak belakang dengan gelar haji yang disandangnya yaitu Haji Muhudin, yang diperankan Latif Sitepu.

Alur cerita sinetron ini terus berkembang oleh karena pada akhirnya tokoh muslim sejati H Sulam berbesanan dengan H Muhidin yang digambarkan muslim yang “sesat”, hal ini dikarenakan Robby , adik Hajjah Rodiyah (isteri h Sulam) memperistri Rumanah , seorang mubaligh lulusan Kairo yang tak lain adalah putri H Muhidin

Kiranya saya tidak akan terus mengulas cerita sinetron TBNH ini karena memanag lebih asyik melihat langsung sinetronnya saja, eh jadi pesan sponsor? Setelah saya mengamati seluruh karakter tokoh2 center dalam sinetron ini ada beberapa yang saya catat dari sinetron yang berlatar belakang religi. Memang sang sutradara boleh memoles cerita sedemikian hingga pemirsa menjadi gregetan pada tokoh haji Muhidin yang begitu antagonis dan menyimpang dari ajaran agama! Bukan itu saja rupanya Ucik Supra menjadi kebablasan dalam membuat adonan cerita Islami ini hingga saya mencatat beberapa hal yang sangat kontradiktiv dengan tema religi pada seinetron ini.

  1. Setelah isteri H Muhidin, Hajjah Maimunah wafat H Muhidin tinggal serumah dengan Tiyah (Ana Pinem) yang merupakan sepupu Hj. Maimunah tanpa status yang jelas . Meski sempat didemo oleh warga tetapi kehidupan yang selalu mengundang fitnah itu terus berlanjut. Ini yang harus menjadi catatan sang sutradara. Karena tontonan yang sekaligus diharapkan menjadi tuntunan ini memberikan gambaran yang jelas kepada pemirsa yang tidak mustahi ditonton oleh lapisan umur terutama generasi muda bahwa dalam Isalam “diharamkan” laki-laki dan perempuan hidup bersama tanpa ikatan perkawinan.
  2. Dalam setting cerita pasangan suami isteri Kardun (Edy Oglek) sipengangguran dan Romlah (Nova Soraya) sebuah gambaran dimana pasangan suami istri ini didominasi oleh Romlah, karena kebetulan Romlah seorang bos perusahaan besar dan kaya raya, sehingga Kardun diperlakukan semena-mena seolah bukan menjadi suaminya tetapi tak lebih dari “kacung” saja. Ini memberikan image negatif pada hakaekat seorang laki-laki yang seharusnya menjadi pemimpin dalam rumah tangga.
  3. Cerita ini menjadi hidup karena dalam lingkaran kehidupan TBNH ini ada duda-duda keren yang tak lengkap bila tidak dicastingkan janda dalam sinetron ini. Sehingga Ucik Supra mengcasting Dina Lorenza menjadi Riyamah, janda keren , cantik dan solehah. Cerita ini menjadi begitu dangkal (meski menghibur) tatkala H Muhidin berkompetisi dengan Tuan Togu (Hamka Devito Siregar) seorang pengusaha Batak yang sukses. Celakanya Ucik Supra membiarkan Riyamah, janda cantik terkatung-katung tanpa nasib yang jelas, kadang nginap dirumah ustad Zakaria yang merupakan keluarga sakinah, kadang dibiarkan menginap di rumah romlah, yang sempat digoda oleh Kardun saat masih menjadi suami Romlah.
  4. Dalam adegan suasana ruang kerja yang melibatkan Robi, Rere (Alice Norin) dan Restu (Rio Reifan) tidak menggambarkan sebuah ilustrasi suasana kerja yang Islami. Kita ketahui dalam cerita sebelum Robi menikahi Rumanah hubungan antara Robi dan Rere sempat ada bunga-bunga asmara. Untuk mengantisipasi timbulnya fitnah, maka Ucik Supra menempatkan Rio Reifan mejadi pihak ke 3 diantara mereka, sebagai teman kerja yang baru. Tetapi justru keberadaan Restu mejadi sebuah pusaran berbmuda yang selalu berulah provokativ!

Tetapi endingnya tentu Ucik Supra mempunyai jawaban untuk semua problema ini mesti adegan-adegan tak “Islami” terlanjur terjadi dalam adegan TBNH.Dan seperti kata orang Jawa bilang seharusnya Ucik Supra berbuat "ngono yo ngono, nanging ojo ngono" (gitu ya gitu tetapi jangan begitu). Ayo para pemirsa berat TBNH kita ikuti seri-seri berikutnya..apa yang bakalan terjadi.***Nangkris

Selengkapnya »»  

Kamis, 24 Januari 2013

TEKNIK PEMBUATAN BIOPORI

Mungkin diantara Anda sudah pernah membaca atau bahkan telah membuat teknik resapan ini, silahkan bagi yang belum pernah klik di sini
Selengkapnya »»  

Kisah Catatan Harian Ibuku..

 Joko Wahyono.
Hujan lebat baru saja berhenti, udara yang biasanya panas, kini terasa sejuk, walau masih pukul empat sore namun langit tampak gelap. orang orang yang biasa lalu lalang melintas di depan rumah, kali ini tak terlihat, mungkin mereka memilih tinggal di rumah bercengkerama bersama keluarga. lalu lintas kendaraan yang biasanya sibuk dan bising pun kini tampak sepi.  Aku baru saja bangun dari tidur, Ayah selalu memerintahkan agar semua anak-anaknya tidur siang.”Dengan tidur siang sebentar, energi kita akan pulih kembali setelah pagi sampai siang hari melakukan banyak kegiatan,  waktu sore bisa dipakai untuk bermain dan malam harinya dapat mengulang pelajaran yang diterima di sekolah”, kata ayah. Begitulah cara ayahku membagi waktu untuk anak anaknya. 

Kulihat Ibu sedang menulis di buku hariannya, mungkin beliau memilih waktu senggangnya disaat sore, ketika anak anaknya sedang tidur siang. Di usiaku yang baru 10 tahun dan duduk di kelas 4 SD, aku masih belum mengerti kenapa ketika sedang menulis, ibu kadang terlihat tersenyum dan sering kali air matanya berlinang. Aku pernah bertanya, “kenapa menangis, Bu?”, ibuku buru buru menyeka airmatanya, dan berkata, “Ini ibu baru baca cerita sedih, jadi larut dan ikut sedih”, katanya. Aku sendiri mengira-ngira, pasti Ibu sedang sedih karena Ayah, pikirku.

Sejak ayah tidak bekerja lagi di salah satu perusahaan milik negara itu, ayah membuka perusahaan kontraktor di bidang kelistrikan. Ayahku tamatan STM dan mempunyai basis kompetensi di bidang kelistrikan. Usaha Ayah berkembang, ayah mempunyai puluhan karyawan yang bekerja secara tetap, dan ratusan pekerja harian.  

Suatu ketika ada perusahaan nasional menggandeng perusahaan ayah untuk mengerjakan sebuah  proyek besar. Semua installasi kelistrikan di proyek besar itu dikerjakan ayah, Semua modal yang dimiliki ayah diinvestasikan untuk mendukung proyek besar itu, namun, siapa sangka gonjang-ganjing politik di awal tahun 1969-an, menyebabkan beberapa proyek besar dihentikan, perusahaan besar yang menggandeng perusahaan ayah itupun hilang tak meninggalkan jejak, seluruh cabang kantornya di kota Medan ditutup. 

Ayah kehilangan jejak, perusahaan ayah bangkrut, dan seluruh karyawan diberhentikan dengan membayar pesangon dari menjual perhiasan ibu. Apakah karena itu, ibu kelihatan sedih? Aku tidak tahu, tapi suasana di rumah tetap seperti biasa, ayah dan ibu tetap sering bergurau bersama kami.

Sejak itu, kendali ekonomi rumah tangga ada di tangan ibu. Rumah kami terletak di lingkungan yang sangat strategis, kami bertetetangga dengan kompleks perumahan warga Tiong Hoa yang karena pergolakan politik di Aceh, mereka ditempatkan di pinggir kota Medan. Dari ratusan warga Tiong Hoa hanya ada sekitar 5 rumah pribumi di komplek itu.salah satunya adalah rumah kami. Jangan bayangkan komplek perumahan yang besar, mungkin komplek itu mirip dengan kamp penampungan, namun lebih tersusun rapi. Setiap warga Tiong Hoa hanya mendapatkan rumah dari dinding bambu berlantai tanah seluas 30 meter persegi. Sama dengan rumah kami saat itu, berdinding “gedek” dengan ukuran yang hampir sama. Ayah, ibu dan kami anak anaknya memulai kehidupan dari bawah lagi.

Bertetangga dengan warga Tiong Hoa memiliki keistimewaan sendiri. Kegigihan, kerja keras dan rasa kebersamaan mereka membuat keluarga kami terpacu untuk mengikuti irama mereka. Setiap hari jam 3 dini hari ayah dan ibu sudah bangun pagi memasak makanan kecil dan gorengan yang akan disiapkan untuk para buruh yang akan berangkat pukul 6 pagi. Rumah kami disimpang empat tempat di mana para buruh di pabrik pengolahan udang dan pabrik triplex menunggu jemputan. Sedangkan pukul 11 siang sampai pukul 14.00, ibu membuka warung makan dan melayani para buruh yang bekerja di pabrik pabrik yang didirikan warga Tiong Hoa tersebut.

Pengalaman menjadi istri seorang pegawai BUMN yang serba kecukupan dituangkan dalam buku harian Ibu, terlebih lebih ketika kondisi sangat sulit dan ayah jatuh bangkrut dan bagaimana mereka mengatasi kesulitan itu bersama sama. Ayahku adalah seorang Jawa tulen, beliau berasal dari desa Gumuk Rejo Oro Oro Ombo di Kartasura, Solo Jawa Tengah. Bersama sepupunya seorang Tentara, ayah merantau ke Kota Medan, dan mempersunting seorang istri yang masih punya keturunan Jawa. Kakek  dan nenek dari Ibuku berasal dari Cirebon, beliau adalah seorang pegawai perusahaan jawatan kereta api sejak jaman belanda dulu. Sebagai seorang keturunan Jawa yang lahir di kota Medan, Ibuku hanya bisa berbahasa Jawa secara pasif, itupun bahasa “ngoko” bahasa Jawa kasar yang hanya pantas dijadikan bahasa pergaulan  usia yang sebaya. 

Karena kondisi yang sangat sulit, kerinduan Ibuku untuk dapat bertemu dengan metuanya di Solo harus tertunda sampai 12 tahun. Kekhawatiran tidak bisa berbahasa Jawa dan tidak dapat berkomunikasi dengan mertua, terus menghantui pikiran  Ibuku. Ayahku mencoba menghubungi teman-temannya sampai akhirnya  menemukan sebuah metode belajar bahasa Jawa. Ayahku mendapatkan hadiah dari temannya segepok majalah “Panjebar Semangat” dan buku buku berbahasa Jawa. melalui media itu, dengan sangat gigihnya Ibuku belajar bahasa Jawa, dan selalu berkomunikasi bahasa Jawa tingkat “Kromo inggil” dengan ayahku.
Setelah menunggu begitu lama di tahun 1973, akhirnya kerinduan bertemu mertuanya dikabulkan oleh Allah. 

Kami sekeluarga berkunjung ke rumah kakek nenekku di desa yang sangat pelosok di Kartasura Solo Jawa Tengah. Ibuku segera  mempraktekkan bahasa Jawanya di sana. Komunikasi dengan mertuanya yang tidak bisa bahasa lain selain bahasa Jawa dapat berjalan dengan baik, bahkan kakek nenekku memuji ada orang Sumatera yang lebih “Jowo” ketimbang orang Jawa sendiri, begitu puji kakek nenekku kepada Ibuku.  

Karena kesenangannya membaca  menulis, dan bercerita, ada saja yang diceritakan ibuku kepada tetangga-tetangga desa ayahku di Solo. Mula-mula hanya beberapa orang yang mendengar ibu bercerita. Semakin lama, tamu rumah nenek makin ramai, mereka senang mendengar Ibuku bercerita. Dengan bekal majalah majalah bekas dan beberapa buku cerita berbahasa Jawa yang didapatkan dari lapak di sebelah stadion Sriwedari Solo, Ibuku mulai beraksi. Penggemarnya mulai tak tertampung, bahkan datang dari desa lain. 

Akhirnya pertunjukkan bercerita dibuat menjadi dua sesi, sesi sebelum waktu magrib dan sesi setelah magrib. Berita tentang Ibu makin ramai, di pasar dan di tempat pengajian di desa itu. Ada orang Sumatera yang mendongeng pakai bahasa Jawa, kira kira begitu cara mereka memperkenalkan Ibu. Orang orang desa rela menanti berjam jam untuk mendengar kisah ibu,  baik cerita yang bersumber dari buku maupun kisah cerita pengalamannya sendiri.  Namun, ada sesuatu yang membekas di hati penggemar cerita Ibu, ketika Ibu menceritakan kisah yang berasal dari buku hariannya yang Ia terjemahkan ke dalam  bahasa Jawa. Ada tangis haru,  keprihatinan, kegairahan, semangat dan optimisme berbaur menjadi satu serta tawa gembira bila kisah tersebut ditutup dengan ending yang menyenangkan.

3 minggu Ibuku di desa ayahku, ketika akan meninggalkan desa tersebut, ibuku dilepas oleh ratusan penggemar ceritanya, mereka seperti tak ingin melepas ibuku pergi. Mereka seakan kehilangan sebuah hiburan yang berbicara tentang mereka sendiri, ikut merasakan bagaimana kehidupan yang sulit itu berlangsung, dan sebuah spirit untuk tetap optimis untuk menyongsong hari depan. Sebuah pemandangan yang mengharukan sekaligus pelajaran yang sangat berharga bagiku. Bahwa dimanapun kita berada kita tidak akan pernah kesepian bila ditemani oleh bahan bacaan. Dan bila  pengalaman itu dibagi ke orang lain, tentu akan mempunyai makna dan arti yang tidak pernah kita duga. Seperti yang aku petik dari kisah tentang catatan harian Ibuku ini…

Saat ini Aku sudah menjadi ayah dari 2 orang anak yang sudah remaja, Ayahku telah tiada dan  Ibuku sedang sakit, sementara aku belum dapat menjenguknya lagi, ditengah kerinduan yang amat sangat, kutulislah kisah ini. Semoga Pembaca ikut mendoakan agar Allah SWT memberikan kesembuhan, hidayah, barokah, dan kemulian untuk Ibunda tercinta…Amiin ..

Salam, Joko Wahyono
Selengkapnya »»  

Ibu Adalah Guru Terbaik Bagi Anak

Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata ibu? Tentu rentetan kata tentang kecintaan, kehangatan, kelembutan, kebaikan, keceriaan, tak luput dari sosok yang bernama ibu. Tidak dapat dimungkiri, bahwa sosok ibu begitu dekat dengan anaknya. Karena secara alamiah ibu memiliki keintiman dan ikatan yang kuat dengan anaknya ketimbang ayah.

Secara psikis, ibu biasanya lebih pandai menarik hati anak, sehingga anak lebih mudah membuka jiwa dan hati bagi ibu yang dicintainya. Bila anak mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya, sang ibu menanggapinya dan berusaha untuk mengatasi dan mengarahkan mereka untuk mengendalikan perasaan mereka dengan tetap memerhatikan tingkat pemikiran dan usia mereka.

Sejarah telah membuktikan pengaruh ibu sangat besar terhadap anak. Banyak kisah-kisah yang menceritakan tentang kecintaan, kasih sayang, dan pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya.

Peran besar ibu dalam mendidik anaknya dapat dilihat dan dirasakan dari kedekatannya. Perasaan-perasaan dalam diri anak akan membentuk sikapnya terhadap berbagai hal. Menurut Doob, “sikap” pada hakikatnya adalah implicate response yang terjadi langsung setelah rangsangan, baik disadari atau tidak disadari. Implicate response yang tersembunyi ditambah faktor-faktor lain dari dalam diri individu seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain akan menimbulkan tingkah laku nyata.

Oleh karena itu, kontribusi ibu terhadap perkembangan perilaku anak amat kuat. Sehingga, peran ibu amat dominan untuk menumbuhkan anak yang berkepribadian kuat, terbuka, tidak mudah tersinggung, dan cerdas. Ibu yang pemurung akan melahirkan anak yang pemurung. Sebaliknya, ibu yang ceria akan melahirkan anak yang ceria.

Dalam kaitannya dengan kemajuan sebuah bangsa, posisi ibu amat strategis. Bila kaum ibu sehat lahir dan batin, maka akan lahir generasi muda yang sehat lahir dan batin pula. Karena posisi ibu yang strategis ini, adalah tugas semua komponen masyarakat untuk mendudukkan posisi ibu pada porsinya.  Bukan hanya sebagai ibu biologis saja, tetapi juga ibu seutuhnya.

Kita sering melihat anak sampai usia dua tahun atau lebih yang cemburu bila ibunya memberikan perhatian ke anak lain, bahkan ke saudara kandungnya sendiri. Lalu bagaimana dengan anak-anak dalam jumlah banyak diasuh oleh wanita yang bukan ibu kandung mereka?

Seratus pengasuh (baby sitter) tidak akan dapat mencukupi untuk menggantikan kasih sayang seorang ibu kandung! Karena para pengasuh tersebut tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama dengan ibu kandung yang melahirkan anak-anak tersebut. Kasih sayang yang diberikan seorang ibu kandung bukanlah kasih sayang yang sifatnya simbolis atau fungsionalis, akan tetapi kasih sayang yang muncul secara alami yang telah Allah ciptakan dalam dirinya, agar dia dapat memberikan kasih sayang yang dibutuhkan anaknya.

Hijrah Saputra | Disarikan dari buku: Islamic Parenting (M. Fauzi Rachman: Penerbit Erlangga, 2011)
Selengkapnya »»  

Selasa, 15 Januari 2013

Perkosaan Dibuat Candaan, Hakim Daming Ramai-ramai Ditolak Anggota DPR

VIVAnews – Anggota Komisi III Bidang Hukum DPR, Eva Kusuma Sundari, mengatakan M Daming Sunusi tak layak menjadi seorang hakim agung karena ia tak memiliki empati terhadap isu perkosaan.

Saat uji kelayakan dan kepatutan calon hakim agung oleh DPR, Daming sempat berkelakar soal kasus perkosaan yang saat ini marak terjadi. “Kalau untuk narkoba dan korupsi, saya setuju hukuman mati. Tapi untuk kasus perkosaan, harus dipertimbangkan lebih dulu karena yang diperkosa dengan yang memerkosa sama-sama menikmati. Jadi harus pikir-pikir terhadap hukuman mati (bagi pelaku perkosaan)” kata Daming di ruang rapat Komisi III DPR, Senin 14 Januari 2013.

Eva yang kemarin berhalangan menghadiri uji kelayakan dan kepatutan calon hakim agung pun terkejut mendengar pernyataan Daming di hadapan rekan-rekan sekomisinya. Menurutnya, seharusnya Daming tidak menjadikan isu perkosaan yang menjadi fokus hak asasi manusia, sebagai candaan.

“Dia tidak siap jadi hakim agung karena tidak punya empati dan sensitivitas dalam menyampaikan keadilan sebagaimana amanat UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Hak Asasi Manusia, UU Anti Diskriminasi terhadap Perempuan, UU Perlindungan Anak, UU Sistem Peradilan Anak, dan UU Perdagangan Orang. Cara berpikirnya represif terhadap perempuan,” kata Eva, Selasa 15 Januari 2013.

Politisi PDIP itu melihat persoalan semacam itu sudah menjadi masalah struktural di kelembagaan MA. Eva mengatakan ia pernah mendapat laporan dari Pengadilan Negeri Depok, ada seorang hakim perempuan yang bertanya pada korban perkosaan dengan gurauan yang sama dengan Daming.

“Ini menunjukkan sebagian hakim tidak pernah membaca produk UU terkait untuk menangani persoalan gender. Ketua MA harus melihat ini sebagai permasalahan serius karena cara berpikir para hakim yang tak adil terhadap minoritas perempuan. Ini tragedi bagi perempuan dan anak,” ujar Eva.

Dangkal Pikiran

Secara terpisah, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari mengatakan pemikiran Hakim Daming Sunusi sangat dangkal terhadap kasus perkosaan. “Kalau ia menolak hukuman mati terhadap pelaku perkosaan dengan alasan pelaku dan korbannya saling menikmati, maka sungguh saya gagal memahami jalan pikiran dan hati nurani calon hakim agung ini,” kata Hajriyanto.

“Saya rasa sikap dia itu sangat naif dan tanpa argumen. Itu pikiran yang sangat superfisial. Beda lagi jika dia menyatakan dia berideologi anti hukuman mati, itu masih bisa dimengerti,” kata politisi Golkar itu.

Menurut Hajriyanto, hukuman mati bagi pemerkosa harus tetap menjadi alternatif. Apalagi bila pemerkosaan dilakukan beramai-ramai oleh beberapa pelaku yang kemudian mengakibatkan korban meninggal dunia. (eh)
Selengkapnya »»  

Senin, 14 Januari 2013

Ayam Stress Kedinginan, Harga Telur Naik

JAKARTA, KOMPAS.com -Cuaca buruk dan musim hujan yang berlangsung beberapa hari terakhir bukan hanya menyebabkan pasokan bahan pokok terhambat sehingga harganya naik.
Pedagang telur Ahmad S (47), di Pasar Regional Jatinegara, Jakarta, Minggu (13/1/2013), mengatakan, cuaca buruk juga menjadi penyebab naiknya semua jenis telur karena pasokannya berkurang.
Cuaca buruk itu membuat banyak unggas stress sehingga tidak bertelur.             

Menurut Ahmad S, kenaikan harga semua jenis telur telah terjadi selama seminggu terakhir.
Saat ini harga telur ayam naik 11,76 persen dari sekitar Rp 17.000 per kilogram menjadi Rp 19.000 per kg. Harga telur bebek naik 12,50 persen dari sekitar Rp 1.600 per butir menjadi Rp 1.800 per butir.
Harga telur ayam kampung naik 8,33 persen dari sekitar Rp 1.200 per butir menjadi Rp 1.300 per butir.
Harga telur puyuh naik 20 persen dari sekitar Rp 2.500 per sepuluh butir menjadi Rp 3.000 per sepuluh butir.  
          
Selain harga telur ayam mengalami kenaikan, ternyata harga daging ayam juga mengalami kenaikan. Saat ini harga daging ayam naik 31,81 persen dari sekitar Rp 22.000 per kilogram menjadi Rp 29.000 per kilogram.
"Kenaikan tersebut disebabkan karena kelangkaan ayamnya," kata Tommy (28), pedagang daging ayam.            
Namun, harga telur dan daging ayam itu masih bisa dijangkau oleh sejumlah konsumen, sehingga masih cukup banyak yang membelinya.
Menurut  Eti (48), pedagang, kenaikan harga sejumlah bahan pokok sangat memberatkan bagi pedagang nasi seperti dirinya. Hal itu karena kenaikan harga bahan baku tidak bisa diiringi dengan kenaikan harga jual produk yang dijualnya. "Kalau saya naikan harga jual nasi para pembeli tidak akan mau beli," ungkap Eti.            
Eti menambahkan, saat ini ia memilih untuk tidak menjual lauk yang berbahan baku daging sapi, karena harga bahannya masih tinggi di atas Rp 90.000 per kilogram.
"Akan tetapi lauk berbahan baku daging ayam, telur, dan nasi masih dijual, karena harganya masih terjangkau, walaupun tidak banyak karena harganya juga naik saat ini," tutur pedagang yang biasa berdagang di belakang RS Hermina. (K04).
Editor :
Tjahja Gunawan Diredja









Selengkapnya »»  

Kamis, 10 Januari 2013

Kapolri: Dahlan lakukan pelanggaran ringan



JAKARTA. Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo memastikan Menteri BUMN Dahlan Iskan melakukan pelanggaran menyusul kecelakaan saat mengemudikan mobil listrik Tucuxi. Meski demikian, Timur mengatakan pelanggaran yang dilakukan Dahlan tergolong ringan.

Hari ini, Dahlan Iskan menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Timur. Namun, Timur mengaku belum memperoleh informasi terkini mengenai hasil pemeriksaan itu.

Hanya, Timur menilai pelanggaran yang dilakukan Dahlan berupa kecelakaan lalu lintas. "Kecelakaan itu sendiri artinya tidak berhubungan dengan kendaraan lain, tidak ada korban," ujarnya, Kamis (10/1).

Sebelumnya, Kabareskrim Komisaris Jenderal Polisi Sutarman menyebutkan ada tiga pelanggaran yang dilakukan Dahlan. Ketiga pelanggaran itu adalah soal plat nomor kendaraan yang tidak resmi. Seperti diketahui, Dahlan mengemudikan "Ferarri" Tucuxi bernomor kendaraan DI 19. Ternyata, nomor kendaraan itu tidak pernah dikeluarkan polisi. Kode DI juga tidak ada.

Kedua, saat mengemudikan mobil listrik itu terjadi kecelakaan. Dahlan yang mengemudikan mobil tersebut menabrak tebing di Dusun Ngerong, Desa Dadi, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada Sabtu (5/1). Kecelakaan terjadi akibat rem mobil tersebut blong.

Sebelum terperosok di Magetan, mobil tersebut berangkat dari Solo, Jawa Tengah, menuju Surabaya, Jawa Timur. Hingga kini bangkai mobil masih berada di Mapolres Magetan. Ketiga, Dahlan juga tidak mempunyai surat saat mengemudikan Tucuxi di jalan raya.

Anggota Komisi III DPR Nudirman Munir menilai Dahlan mengabaikan peraturan lalu lintas. Menurut Nudirman, sebagai pejabat penyelenggara negara, Dahlan tidak sepatutnya mengendarai kendaraan yang bahkan belum lulus uji coba dan layak jalan mesin

Karena itu, Nudirman meminta Kepolisian bertindak tegas terhadap Dahlan. "Itu mempertontonkan kepada masyarakat tidak menghargai undang-undang," katanya. Komisi III DPR berencana memanggil Kepolisian untuk mempertanyakan kasus tersebut.
Selengkapnya »»  

Rabu, 09 Januari 2013

Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21







Sedang gambar 1 adalah posisi kurikulum 2013 yang terintegrasi sebagaimana tema pada pengembangan kurikulum 2013. Sudah barang tentu untuk mencapai tema itu, dibutuhkan proses pembelajaran yang mendukung kreativitas. Itu sebabnya perlu merumuskan kurikulum yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Di samping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborative learning. Pertanyaannya, pada pengembangan kurikulum 2013 ini, apa saja elemen kurikulum yang berubah? Empat standar dalam kurikulum meliputi standar kompetensi lulusan, proses, isi, dan standar penilaian akan berubah sebagaimana ditunjukkan dalam skema elemen perubahan.

Perubahan yang Diharapkan
Pengembangan kurikulum­­ 2013, selain untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pa­da kurikulum 2006, bertujuan ju­ga untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan meng­omunikasikan (mempresentasikan), apa yang di­ per­oleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelaj­aran.

Melalui pendekatan itu di­harapkan siswa kita memiliki kom­petensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih ba­ik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Sedikitnya ada lima entitas, masing-masing peserta didik, pendidik dan tenaga kepe­ndidikan, manajemen satuan pendidikan, Negara dan bangsa, serta masyarakat umum, yang diharapkan mengalami perubahan. Skema 2 menggam­barkan perubahan yang diharapkan pada masing-masing en­itas.
Selengkapnya »»  

Selasa, 01 Januari 2013

3 Noktah Di Tahun 2013

.Meningkatkan keimanan

.Meningkatkan introspeksi


.Meningkatkan profesionalisme
Selengkapnya »»  
Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat