Djohar Arifin Husin | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Djohar Arifin Husin | ||||||
Ketua Umum PSSI ke-14 | ||||||
Petahana | ||||||
Mulai menjabat 2011 |
||||||
Didahului oleh | Agum Gumelar (Ketua Komite Normalisasi PSSI) |
|||||
Informasi pribadi | ||||||
Lahir | 13 September 1950 |
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Prof. Djohar Arifin Husin (lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, Indonesia, 13 September 1950; umur 62 tahun)[1] adalah Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sejak 9 Juli 2011 untuk periode 2011—2015 menggantikan Nurdin Halid.
Sebelumnya ia pernah menjabat Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia di bawah pimpinan Agum Gumelar dan Pengurus Daerah PSSI Sumatera Utara. Selain itu juga aktif sebagai guru besar di Universitas Islam Sumatera Utara dan staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia.
Pada masa mudanya, ia pernah aktif sebagai pemain dan juga wasit sepak bola tingkat nasional.
Ia terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa PSSI pada 9 Juli 2011 di Kota Surakarta.
Karier
Djohar muda adalah seorang pesepak bola yang tercatat memperkuat PSL
Langkat pada periode 1968-1969. Karirnya sebagai pemain kemudian
berlanjut di klub papan atas tanah air, PSMS Medan pada kurun 1973-76.
Usai pensiun Djohar tak begitu saja meninggalkan dunia tersebut
karena kemudian dia masuk dalam korps baju hitam dan menjadi wasit
nasional dan internasional pada periode 1976 hingga 1987. Selanjutnya,
Sarjana Pertanian Perkebunan dari Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara tersebut menjadi match inspector nasional dan
internasional.
Setelah merasakan bagaimana menjadi pemain, wasit dan match
inspector, Djohar kemudian menduduki jabatan strategis di PSSI Sumut,
dia menjadi Ketua Pengurus Daerah PSSI Sumut periode 2000-2004. Di tanah
kelahirannya itu, kakek dari tiga orang cucu tersebut juga diserahi
tanggung jawab sebagai Ketua Harian KONI mulai tahun 2003.
Arifin mengabaikan pemain lama tim nasional dan mengirimkan pemain baru yang berasal dari Liga Prima Indonesia ke Bahrain dalam babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Asia Grup E, pada 29 Februari.
Timnas Indonesia mendapatkan kekalahan paling memalukan, dengan skor
10–0, yang dinilai sebagai buah keegoisan Arifin, yang tidak bijaksana
dalam menyikapi konflik dualisme liga LPI dan LSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar