JAKARTA, KOMPAS.com
-Cuaca buruk dan musim hujan yang berlangsung beberapa hari terakhir
bukan hanya menyebabkan pasokan bahan pokok terhambat sehingga harganya
naik.
Pedagang telur Ahmad S (47), di Pasar Regional Jatinegara,
Jakarta, Minggu (13/1/2013), mengatakan, cuaca buruk juga menjadi
penyebab naiknya semua jenis telur karena pasokannya berkurang.
Cuaca
buruk itu membuat banyak unggas stress sehingga tidak bertelur.
Menurut Ahmad S, kenaikan harga semua jenis telur telah
terjadi selama seminggu terakhir.
Saat ini harga telur ayam naik
11,76 persen dari sekitar Rp 17.000 per kilogram menjadi Rp 19.000 per
kg. Harga telur bebek naik 12,50 persen dari sekitar Rp 1.600 per butir
menjadi Rp 1.800 per butir.
Harga telur ayam kampung naik 8,33 persen dari sekitar Rp 1.200 per butir menjadi Rp 1.300 per butir.
Harga telur puyuh naik 20 persen dari sekitar Rp 2.500 per sepuluh butir menjadi Rp 3.000 per sepuluh butir.
Selain
harga telur ayam mengalami kenaikan, ternyata harga daging ayam juga
mengalami kenaikan. Saat ini harga daging ayam naik 31,81 persen dari
sekitar Rp 22.000 per kilogram menjadi Rp 29.000 per kilogram.
"Kenaikan tersebut disebabkan karena kelangkaan ayamnya," kata Tommy (28), pedagang daging ayam.
Namun, harga telur dan daging ayam itu masih bisa dijangkau oleh sejumlah konsumen, sehingga masih cukup banyak yang membelinya.
Menurut
Eti (48), pedagang, kenaikan harga sejumlah bahan pokok sangat
memberatkan bagi pedagang nasi seperti dirinya. Hal itu karena kenaikan
harga bahan baku tidak bisa diiringi dengan kenaikan harga jual produk
yang dijualnya. "Kalau saya naikan harga jual nasi para pembeli tidak
akan mau beli," ungkap Eti.
Eti menambahkan, saat ini
ia memilih untuk tidak menjual lauk yang berbahan baku daging sapi,
karena harga bahannya masih tinggi di atas Rp 90.000 per kilogram.
"Akan
tetapi lauk berbahan baku daging ayam, telur, dan nasi masih dijual,
karena harganya masih terjangkau, walaupun tidak banyak karena harganya
juga naik saat ini," tutur pedagang yang biasa berdagang di belakang RS
Hermina. (K04).
Editor :
Tjahja Gunawan Diredja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar