Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata ibu?
Tentu rentetan kata tentang kecintaan, kehangatan, kelembutan, kebaikan,
keceriaan, tak luput dari sosok yang bernama ibu. Tidak dapat
dimungkiri, bahwa sosok ibu begitu dekat dengan anaknya. Karena secara
alamiah ibu memiliki keintiman dan ikatan yang kuat dengan anaknya
ketimbang ayah.
Secara psikis, ibu biasanya lebih pandai menarik hati anak, sehingga
anak lebih mudah membuka jiwa dan hati bagi ibu yang dicintainya. Bila
anak mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya, sang ibu menanggapinya
dan berusaha untuk mengatasi dan mengarahkan mereka untuk mengendalikan
perasaan mereka dengan tetap memerhatikan tingkat pemikiran dan usia
mereka.
Sejarah telah membuktikan pengaruh ibu sangat besar terhadap
anak. Banyak kisah-kisah yang menceritakan tentang kecintaan, kasih
sayang, dan pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya.
Peran besar ibu dalam mendidik anaknya dapat dilihat dan dirasakan
dari kedekatannya. Perasaan-perasaan dalam diri anak akan membentuk
sikapnya terhadap berbagai hal. Menurut Doob, “sikap” pada hakikatnya
adalah implicate response yang terjadi langsung setelah rangsangan, baik disadari atau tidak disadari. Implicate response yang
tersembunyi ditambah faktor-faktor lain dari dalam diri individu
seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain akan menimbulkan
tingkah laku nyata.
Oleh karena itu, kontribusi ibu terhadap perkembangan perilaku anak
amat kuat. Sehingga, peran ibu amat dominan untuk menumbuhkan anak yang
berkepribadian kuat, terbuka, tidak mudah tersinggung, dan cerdas. Ibu
yang pemurung akan melahirkan anak yang pemurung. Sebaliknya, ibu yang
ceria akan melahirkan anak yang ceria.
Dalam kaitannya dengan kemajuan sebuah bangsa, posisi ibu amat
strategis. Bila kaum ibu sehat lahir dan batin, maka akan lahir generasi
muda yang sehat lahir dan batin pula. Karena posisi ibu yang strategis
ini, adalah tugas semua komponen masyarakat untuk mendudukkan posisi ibu
pada porsinya. Bukan hanya sebagai ibu biologis saja, tetapi juga ibu
seutuhnya.
Kita sering melihat anak sampai usia dua tahun atau lebih yang
cemburu bila ibunya memberikan perhatian ke anak lain, bahkan ke saudara
kandungnya sendiri. Lalu bagaimana dengan anak-anak dalam jumlah banyak
diasuh oleh wanita yang bukan ibu kandung mereka?
Seratus pengasuh (baby sitter) tidak akan dapat mencukupi
untuk menggantikan kasih sayang seorang ibu kandung! Karena para
pengasuh tersebut tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama dengan
ibu kandung yang melahirkan anak-anak tersebut. Kasih sayang yang
diberikan seorang ibu kandung bukanlah kasih sayang yang sifatnya
simbolis atau fungsionalis, akan tetapi kasih sayang yang muncul secara
alami yang telah Allah ciptakan dalam dirinya, agar dia dapat memberikan
kasih sayang yang dibutuhkan anaknya.
Hijrah Saputra | Disarikan dari buku: Islamic Parenting (M. Fauzi Rachman: Penerbit Erlangga, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar