NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Sabtu, 26 Mei 2012

Kangen Eko Sarjono - Kisah Pisau Belati (habis)

Waduh sorry Jon memoryku sempat blank karena kesibukan di kantor. Ngurus tamu ya jualan Speedy juga. Tapi pasti kamu ingat cerita kita tahun 80-an menjelang perpisahan karena kelulusan SMA KITA! Coba baca! Salam kangen , mudah2an lebaran kita bisa bertemu!

Kisah Pisau Belati

Cerita paling melekat dalam memoryku dengan Eko Sarjono adalah ketika "perang" melawan mandor tebu. Suatu ketika habis ujian praktek olah raga kelas 3 SMA , aku dan Jon berniat mengambil tebu di "embong kidul". Karena bayangkan saja kenikmatan makan dan menggiling air tebu lewat mulut sehabis olah raga! jadi kami seperti orang gila dan rakus, karena haus.

Sebelum berangkat kami telah menyiapkan segala sesuatu, goni untuk tempat tebu dibawa pulang nanti termasuk pisau. Nah untuk mendapatkan pisau yang tajam , tidak ada satu-satunya , kecuali punya bapaknya Jon. Belati berukuran agak besar dan tebah sehingga gampang menebas setiap potong tebu. Namun usaha untuk mendapatkan pisau itulah yang susah.

Habis sholat lohor , P Soekram (bapaknya Jon) tertidur pulas di kamar. Nah pisau itu terletak di dinding seberang tempat Pak Soekram tidur. Jadi penuh kehati-hatian Jon mengambil pisau yang merupakan barang kesayangan dan tak seorangpun boleh menggunakannya tak terkecuali Jon. Kalau ada yang menggunakan pisau itu pasti P Soekram akan marah-marah! Bayangkan kalau sedang mengasah, bisa seharian P Soekram berada di ungkalan belakang rumahnya dekat sumur, di bawah pohon belimbing wuluh.

Tapi upaya Jon tidak sia-sia, karena kini pisau itu sudah di tangan dan siap berangkat ke embong kidul. Kami merangsak ke dalam hutan tebu yang lagi bernas-bernasnya. "Krasak" satu pohon tebu ditebas...kemudian kami makan sepuas-puasnya di salam hutan tebu, termasuk goni sudah penuh dengan potongan tebu dan oleh-oleh untuk orang-orang di rumah.

Namun sial. Mandor tebu telah berada di ujung jalan dan rupanya dia telah menunggu 2 jagoan pemberani makan tebu rakyat! TRI (tebu rakyat Intensifikasi)
"Mana pisaunya!" kata mandor
"Tak bisa, ini punya bapak saya" kata Jon agak pucat.
"Kamu tahu ini tebu rakyat, bukan tebu pabrik. Ini ada  yang menanam , tahu! kok enak kamu makan dan membawa pulang!" kami semakin terpojok, dan pisau telah beralih tangan, dan mandor itu dengan santainya membawa belati bagus milik Pak Soekram. Sementara Jon berlari dan aku mengikutinya.Kemana Jon?

Ternyata Jon yang aku kenal petualang itu panik juga, apalagi aku, membayangkan bagaimana p Soekram tahu nanti? Ternyata Jon mengambil senapan angin dan lari terbirit-birit menuju lokasi mandor yang masih santai di bawah pohon asam pinggir ladang tebu yang cukup luas itu! Sayang Jon terlalu cepat mengambil tindakan. Belum mendekat dia sudah menelorkan 2 peluru senapan angin , terang saja mandor itu meloncat dan mengambil sepeda kebonya , mengengkol dengan ngawur menghidar peluru sebiji jangung yang terbuat dari timah. Satu peluru rupanya mengena di bokong mandor, terlihat sekali dia memegangi pantanya dan agak terhuyung-huyung, kami tidak peduli dan terus mengokang senapan angin Benyamin itu.

Kami terus berlari mengejar mandor itu untuk mendapatkan pisau, sementara mandor semakin jauh meninggalkan kami dan tak terjangkau. Jon semakain pucat dan takut. Aku tak bisa bayangkan anak setegar ,segagah Jon kelihatan begitu lemas karena tajut dan kelelahan.

Angin di sudut Sidomukti mengantar kami pulang , hanya semilir angin itulah yang dapat sedikit menenangkan gejolak hati kami berdua disaksikan pohon asam yang ikut semakin masam!Aku kasihan dan juga merasa bersalah.Aku yakin Jon sudah siap dengan "murka" bapaknya karena pisau kesayangannya itu telah amblas disita mandor tebu.-habis-*Nangkris


Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat