NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Rabu, 08 Agustus 2012

Bang Haji Rhoma Irama, Dari Dakwah, Patriotik, Cinta Dan Akhirnya Politik.

"Mirasantika","Ani", "Syahdu",  "135 Juta" adalah komposisi Haji Rhoma Irama (HRI) yang terkenal sejak era 70an dan 80an. Dengan hanya menyebut 4 nomor lagu dari ribuan lagu ciptaan HRI itu serasa legnkap , bagaiman HRI mengejahwantahkan curahan hatinya sebagai seorang pendakwah, pujangga dan patriot. Bahkan secara pribadi HRI juga memproklamirkan "Saya ini seorang ulama", kata beliau saat dipanggil PANWASLU DKI kemarin. Pantaslah memang kalau Bang HRI sebagai ulama.

Saya adalah satu dari jutaan orang pencinta Bang HRI, karena lagu-lagunya yang sangat syarat dengan dakwah Islam, cinta dan patriotisme. Dan saya pula (mungkin) yang merasa kecewa saat tahun 80an Bang HRI akhirnya terjun ke dunia politik dan menjadi elite sebuah partai besar di negeri ini, hingga semakin praktis mengikuti kegiatan politik hingga saat ini. Kalau saja Bang HRI eksis dan melulu menjadi pendakwah, penyair dan pujangga cinta , seperti tokoh-tokoh lain , sebut saja Mafud MD, Din Syamsudin, Dahlan Iskan yang tidak pernah memproklamirkan diri menjadi anggota dan elite partai politik, insyaallah sosok Bang HRI akan lebih mulia.

Dan bukan berarti menjadi anggota partai politik menjadikan orang tidak mulia, ada memang unsur-unsur yang dihasilkan dari pemikiran orang partai yang membawa kemaslahatan pada kehidupan berbangsa dan bertanah air, meski mungkin harus dialalui dengan segala perdebatannya, khas politikus. Tetapi setelah saya membaca dan mendengar kasus ceramah Bang HRI di sebuah masjid yang pada akhirnya menimbulkan polemik dalam ranah PEMILUKADA DKI, sudut pandang kekecewaan saya semakin "meradang".

Tidak ada yang salah rasanya apa yang disampaikan Bang HRI pada umatnya dalam ceramah "Kepemimpinan Dalam Islam" yang berujung polemik itu, tetapi dari deskripsi berupa tek yang ditayangkan sebuah tv swasta, Bang HRI menyebut tokoh yang sedang bertarung dalam PEMILUKADA DKI, yang terang-terangan adalah sosok yang didudkung oleh BAng HRI dan jelas sekali seperti iklan kampanye yang juga dilakukan Bang HRI di tv-tv..

Beda rasanya , seandainya Bang HRI sebelumnya tidak pernah menyentuh/disentuh oleh pasangan yang maju dalam PILAKDA DKI, meski kemudian dalam ceramah tersebut beliau menyebut nama calon (yang belakangan diketahui sebagai tokoh yang didukung) tersebut, karena setidaknya Bang HRI tentu tidak punya kepentingan apapun dalam ceramah tersebut. Namun sayang, dalam ceramah tersebut, Bang HRI menyebut tokoh pemimpin justru pada orang yang sedang didukungnya, di dalam masjid pula.

Akhirnya pula kekecewaan saya itu semakin menjadi-jadi dan menyayangkan kepiawaian Bang HRI sebagai seorang mubaligh, pendakwah itu telah terseret dalam kancah politik yang begitu kental. Namun, Bang HRI,  sebagai tokoh internasional, tak sedikitpun saya akan mengurangi kekaguman saya pada sosok Bang Haji Rhoma Irama sebagai seorang pesiar cinta dalam lagu-lagu dangdutnya dengan suara yang tidak ada tandingannya pula.

Mudah-mudahan Bang HRI tidak terus terseret dalam dunia politik praktis yang begitu kasar, rawan dan menghawatirkan. Apalagi beberapa praktisi hukum menilai ceramah Bang HRI itu juga ada unsur SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan) terhadap lawan politik tokoh yang didukungnya. Sayang...***Nangkris.


Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat