NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Minggu, 13 November 2011

Internet dan Nalar yang Memudar


Sunday, 13 November 2011
Judul buku: The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita?
Penulis: Nicholas Carr
Penerbit: Mizan
Cetakan: Juli, 2011
Tebal: 279 halaman


Internet, lepas dari isi dan cara menggunakannya, sedikit-banyak memberi dampak tertentu bagi pemakainya. Di kubu inilah Nicholas Carr berdiri. Ia antara lain mengemukakan argumen neurologis tentang bagaimana Internet dapat mempengaruhi otak dan cara bertindak manusia. Konsep neurologis yang menjadi kunci argumen Carr adalah neuroplasticity (kelenturan saraf otak). Inti konsep ini adalah otak manusia terus-menerus berubah, menyesuaikan diri, termasuk pada perubahan kecil dalam keadaan dan perilaku kita (halaman 28). 


Semua sirkuit saraf kita--baik yang terlibat dalam rangsangan merasa, melihat, mendengar, bergerak, berpikir, belajar, memahami, maupun mengingat--bisa berubah. 


Termasuk hal paling berpengaruh terhadap struktur otak kita adalah teknologi yang digunakan untuk mencari, mengorganisasi, menafsir, dan menyimpan informasi. Semua teknologi yang dari waktu ke waktu telah mempengaruhi bagaimana kita menemukan, menyimpan, dan menerjemahkan informasi, serta bagaimana mengarahkan perhatian dan menggunakan indra, mengingat dan lupa, telah membentuk struktur fisik serta cara kerja pikiran manusia. 


Ketika seseorang terbiasa menggunakan Internet untuk mencari dan mengorganisasi informasi, misalnya, otak kita akan membentuk pola tertentu sesuai dengan kebiasaan itu. 


Dari "Membaca Buku yang Tidak Selesai hingga Pikiran yang Dangkal", salah satu dampak nyata penggunaan Internet terhadap otak, menurut Carr, adalah kian sulitnya otak pengguna Internet berfokus dan berkonsentrasi ketika membaca buku. Ia hanya mampu membaca beberapa halaman, kemudian merasa gelisah, dan mulai mencari-cari hal yang lebih menarik dalam buku itu. Atau ia memutar perhatian ke sekelilingnya, bosan, lalu berhenti membaca. 


Itu terjadi karena orang yang terbiasa menggunakan Internet biasa membaca teks-teks pendek dan gurih dengan banyak tautan (link) di sekitarnya. Selain itu, dengan Google, orang tinggal memasukkan kata tertentu ke kotak pencarian, dan sedetik kemudian berderet-deret tautan menuju informasi yang berkaitan dengan kata itu akan muncul. 


Pola penemuan dan pembacaan informasi demikian lama-lama terbentuk menjadi kebiasaan. Otak menyusunnya sebagai pola atau prosedur standar yang digunakan jika ia ingin mendapatkan dan menyerap suatu informasi. Maka, ketika seseorang membaca buku, secara tergesa ia ingin menemukan sesuatu yang menarik di buku itu. Ketika tidak segera menemukannya, kebosanan pun muncul dan memilih mencari buku atau hal lain di sekitarnya yang lebih menarik. Membaca buku pun tak lagi menjadi momen kontemplatif untuk meresapi satu demi satu makna yang berserakan di dalamnya.


Kesulitan membaca secara mendalam (deep reading) dan tuntas hanya bagian atau gejala dari kondisi lebih serius pada diri seseorang karena seringnya menggunakan Internet. Soal lebih besar itu adalah menurunnya kemampuan berpikir linear, kontemplatif, dan mendalam, yang berganti dengan berpikir tergesa, instan, atau grasa-grusu


Kesulitan berfokus ketika membaca, dan makin asingnya cara berpikir linear, dalam, dan kontemplatif inilah yang secara ringkas disimpulkan oleh Nicholas Carr. Bahwa penggunaan Internet bisa mendangkalkan pikiran. Ini tentu saja kesimpulan yang mencemaskan, mengingat pengguna Internet saat ini sudah berjumlah miliaran dan akan terus bertambah. Jika kesimpulan Carr itu valid, berarti dunia saat ini dihuni oleh lebih dari 1 miliar orang yang berpikiran dangkal.


Walau menyertakan sederet dalil dan temuan ilmiah, pemikiran Carr bukan tak mengandung kelemahan. Asumsinya bahwa ketika orang menggunakan Internet, ia akan larut, serta kehilangan kemampuan memilih dan pikiran kritisnya. Dengan kata lain, di depan Internet orang menjadi pasif dan dikuasai Internet sedemikian rupa sehingga dirinya dibentuk oleh Internet. Carr hendak menyamakan semua pengguna Internet dengan dirinya, yang banyak berubah sejak menjadi "adiktif" terhadap Internet. Ia bahkan harus mengasingkan diri ke daerah dengan akses Internet yang sangat terbatas agar bisa berfokus dan tuntas menulis buku The Shallows ini. 


Meski begitu, buku finalis Pulitzer Award 2011 ini sangat penting sebagai pewanti-wanti bagi kita agar lebih berhati-hati sehingga tidak menjadi adiktif dan obsesif terhadap Internet. Internet cukup digunakan untuk membantu sebagian kecil kerja otak, dan bukan untuk mengambil alih sebagian besar, apalagi seluruh, fungsinya.
Acep Muslim, Alumnus Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat