NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Kamis, 08 Desember 2011

RATABA. Apa itu?

Terus terang latar belakang pendidikan saya dari pendidikan umum, bukan dari pendidikan agama. Meskipun sepulang sekolah saya juga diajarkan mengaji di langgar. Secara sederhana dibedakan bahwa pendidikan umum lebih didominasi pelajaran sosial dan eksakta, seperti IPA,Matematika, Biologi dsb. Sementara pendidikan yang berlatar agama atau spiritual pelajarannya didominasi oleh pelajaran agama. Struktur pendidikan umum yang populer adalah sejak Plyay Group atau Pra TK atau disebut juga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK,SD,SMP dan SMA.

Nah , Anda mungkin sudah kenal apa yang dimaksud dengan RA TA BA (RATABA). Pagi ini saya sedang mengajar pelatihan internet kepada Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA). Seusai pelatihan kami sempat berbincang-bincang dengan dua orang ibu guru dari pendidik Raudathul Athfal berbeda. Mereka adalah Ibu Noor dan Ibu Rahayu.

Seperti disampaikan Ibu Noor, bahwa struktur pendidikan agama ini berawal dari Madrasah Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Sedangkan RA adalah merupakan perpaduan antara pendidikan anak usia dini (playgroup) dan taman kanak-kanak. Usia PAUD di pendidikan RA adalah berkisar anak berusia 3 sampai 4 tahun, setelah itu masuk ke RA kelas B, ini persiapan untuk menuju ke madrasah ibtidaiyah. Sedangkan istilah RABATA itu merupakan kependekan dari Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA) dan Taman Athfal (TA) Yang levelnya sama yaitu TK untuk jalur pendidikan agama. Bedanya, RA dibawah naungan Depag, sementara BA dan TA merupakan taman kanak-kanak yang diprakarsai oleh 2 kekuatan pilar agama Islam di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah.

Saya tidak akan banyak membahas tentang hal tersebut, itu hanya sebagai gambaran saja. Isi yang paling menarik dari perbincangan kami tadi pagiitu adalah , saya sangat apresiasi kepada para pengajar di sekolah RA ini. Di wilayah kami ada tak kurang 300 RA yang tersebar di kota dan di kabupaten. Tenaga pengajar dari RA ini bermacam-macam disiplin ilmu , meskipun yang utama adalah mereka yang berijasah S.Pd terlebih lagi dari  Sarjana Agama. Namun beberapa ada juga yang brasal dari disiplin ilmu yang lain seperti analis kesehatan dan lain-lain. Ada juga dari ustadah yang memang terjun menekuni dunia pendidikan di RA. Menurut guru senior Ibu Noor, sebenarnya pengajar di RA itu umumnya sudah tua-tua (seperti Ibu Noor juga), tetapi saat ini sudah banyak remaja putri, atau ibu-ibu muda yang juga mau terjun memberikan ilmunya pada sekolah RA.


Hal ini juga terbukti saat pelatihan internet di Telkom BLC (Broadband Learning Center) dimana materi hari ini adalah belajar membuat blog, sebagian besar lebih banyak dari kalangan remaja dan ibu muda, suatu kondisi yang menggembirakan. Seperti halnya Ibu Rahayu yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan RA di desanya. "Enak Pak tidak perlu transport" kata Ibu Rahayu. Tidak berani menyinggung lebih jauh kenapa Ibu Rahayu ini termotivasi menjadi guru RA, lebih lanjut beliau mengatakan" Ya kalau saat pelajaran baru tiba, saya akan mendapatkan nilai lebih dari sekedar honor mengajar, karena saya punya toko yang menyediakan pakaian seragam sekolah , termasuk seragam RA, lumayan" kata Bu Rahayu.Bagus juga.

Ditanya suka duka mengajar anak usia dini, Ibu Rahayu yang berasal dari desa pinggiran ini mengatakan "Modal mengajar anak-anak itu adalah sabar, tetapi juga harus siap suara serak" tambahnya. Bisa dibayangkan momong  anak usia 2-3 tahun. Seorang anak menaiki meja plastik , kemudian ditarik berputar di kelas! Melihat hal itu Ibu Rahayu mengambil sikap diam"Yah, seberapa sih Pak kekuatan anak?" imbuhnya.

Bahkan ada anak yang bernama Roi, yang sering  bertanya "Kenapa sih Bu mata Ibu Guru ada hitam-hitamnya? (celak-maskara)", ini pertanyaan anak-anak, tapi susah juga menjelaskannya, kata Ibu Rahayu. Wah harus sabar juga. Kemudian saya menceritakan masa kanak-kanak saya kepada ibu Rahayu, bahwa saya dulu masuk tk kecil usia 6 , tk besar 7 th tahun dan masuk kelas 1 SD usia 8 tahun ...tua banget.Untungnya dalam 2 tahun terakhir itu Ibu terus mengajari saya untuk segera bisa membaca dan menulis. Sepertinya Ibu merasa ada beban moral, jangan sampai masuk SD yang standar usianya 7 th, sementara saya 8 tahun tidak bisa membaca!

 Dengan kondisi ini saya malah menjadi bulan-bulanan Ibu Guru kelas 1 SD. Hampir setiap hari , telinga,bibir saya dijewer. Karena setiap ada pelajaran baru, yang ditulis di papan, sementara siswa yang lain bengong, saya lebih dahulu memulai membaca dengan lancarnya, jadi ibu guru merasa didahului! itu saya lupa dan selalu saya dahului. Tetapi saya tak pernah melapor pada ibu, karena ibu malah membenarkan ibu guru. Tidak seperti sekarang, murid dijewer saja ortunya langsung ke sekolah, apalagi ada wartawan , bisa masuk tv. "Sekarang tidak berani Pak menjewer siswa" timpal Ibu Rahayu.Namun kegalauan ibu terhadap usia saya yang begitu "tua" dari standarnya malah kebalikannya, karena saya selalu menjadi bintang kelas!

Namun meski dengan kondisi seperti ini , para pengajar pendidikan RA juga meiliki antusias untuk dapat mengeal dunia luar melalui internet. Hal ini tak lepas dari himbauan dari koordinator Ikatan Guru Raudhatul Athfal setempat. Mulai membuat email, browsing,searching, jejaring sosial sampai pembuatan blog. Tanpa bermaksud mempengaruhi dan mendramatisir kondisi ini, seyogyanya pemerintah sudah mulai melirik kegigihan guru-guru RA ini, mskipun selama ini prhatian Depag setempat sudah cukup.(Nangkris)
Ilustrasi:Google - search engine (keyword:ibu guru sedang mengajar)

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat