NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Minggu, 18 Maret 2012

Pengantar Anas Urbaningrum Dalam Bukunya "Bukan Sekadar Presiden

Sudah cukup lama saya mengamati pola kepemimpinan SBY. Namun, semenjak saya menjadi pengurus Partai Demokrat, pengamatan itu terasa begitu intens. Sebuah pengamatan dari jarak yang lebih dekat, pengamatan dari dalam, dan bahkan pengamatan yang terlibat dan acap bersifat emosional – personal.
Oleh karena itu, secara otomatis, apa yang saya tulis ini adalah apa yang saya sendiri rasakan, alami, dan lihat sekaligus. Pada awalnya buku ini ditulis dengan hati, namun kemudian disempurnakan dengan akal dan dilengkapi data yang akurat. Akibat interaksi antara dimensi hati, pikiran, dan data itulah buku ini diliris. Dengan harapan buku ini bias menggugah kesadaran para pembaca untuk menyikapi segala peristiwa politik, terutama kepemimpinan SBY, secara bijak dan rasional.
Buku ini sangat bersifat reflektif. Saya berusaha melukiskan visi SBY dalam kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang pemimpin. Di dalam pergulatan itu, saya mencoba menjelaskan bagaimana sosok SBY terlibat secara aktif dengan berbagai peristiwa, persoalan, pikiran, dan perasaan yang dialami rakyatnya; perasaan seorang SBY sebagai pemimpin maupun rakyatnya sendiri yang terlibat dampak kebijakannya; terobosan seorang pemimpin sebagai elemen perubahan serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
Bagi seorang pepmimpin seperti SBY, kata – kata dan tindakannya dalam kehidupan sehari – hari adalah sumber kebijakan. Jika kebijakan seorang pemimpin itu diterima oleh rakyat, berarti kebijakan itu terkait dengan kesadaran dan kebutuhan fundamental rakyat, demikian pula sebaliknya. Akibatnya, rakyat menjadi bangga terhadap pemimpinnya. Bila, SBY dilihat dari sisi kepemimpinan, manajerial, dan intelektualitasnya. Dia memang tokoh yang selalu menyedot perhatian banyak kalangan. Karena, bahasa tubuh, bahasa lisan, dan bahasa kepemimpinannya menyatu dalam perpaduan yang harmonis, memikat, dan memesona bagi siapa saja yang melihat dan mendengarnya. Kepemimpinannya dari 2004 hingga kini telah membuktikan siapa SBY sesungguhnya. SBY adalah negarawan, jenderal, ilmuwan, cendekiawan, peacemaker, mentor, instruktur, dan bahkan pencipta lagu. Tak heran jika menurut beberapa lembaga survey, Capres 2009-2014 ini tetap menjadi calon terpopuler daripada tokoh – tokoh yang lain.
Ada apa dengan SBY? Mengapa dia mempunyai nilai lebih? Mengapa SBY sangat popular? Jawabannya adalah karena SBY bukan sekadar seorang Presiden. Ada sembilan alasan yang saling terkait secara organis : Mengapa SBY bisa dikatakan bukan sekadar seorang Presiden.
Pertama, SBY mempunyai daya gugah. Daya gugah SBY sebagai seorang pemimpin begitu terasa. Bukan hanya sekadar penampilan fisik, karakter, kemampuan berbahasa, karier militer, dan jenjang akademiknya yang menjadi ukuran popularitasnya. Tetapi, kepemimpinan, manajerial, diplomasi, loyalitas, kebersahajaan, dan kearifannya mampu menjawab harapan rakyat.
Kedua, SBY seorang peacemaker. Dia adalah sosok pribadi yang santun, tidak suka konflik, tidak konfrontatif, dan tidak reaksioner. SBY berusaha melihat setiap persoalan secara jernih sampai akar – akarnya. Presiden SBY telah melewati masa sulit dan kepedihan tsunami dengan member hadiah perdamaian Aceh untuk rakyat Indonesia. Selama ini rakyat merindukan keberanian seorang pemimpin yang dipercaya oleh semua kalangan. Rakyat rindu seorang pemimpin yang dapat menyatukan hati rakyat dalam dalam. Dan, kini rakyat pun dapat menilai kepiawaiannya dalam memimpin upaya damai, SBY mampu mengembalikan Aceh ke pangkuan pertiwi. Tentu saja sangat dibantu oleh Wapres Jusuf Kalla, tim perunding, sikap TNI, sikap GAM, tim mediator, dan seluruh rakyat di Aceh.
Ketiga, SBY patut menjadi teladan. Keteladanan seorang pemimpin di negeri ini hampir menjadi barang mewah. Oleh karena itu, SBY muncul bagaikan oasis. Tentu saja banyak hal yang bisa mengilustrasikannya.
Keempat, sungguh, kita semua menyaksikan sendiri bagaimana SBY adalah pribadi yang sangat peduli terhadap nasib rakyatnya. SBY tak segan – segan untuk menelepon keluarga Cliff Muntu, sekadar menyampaikan berita duka karena perasaannya sebagai ayah tersentuh oleh peristiwa yang menyedihkan.
Kelima, terkait dengan pesona kepemimpinan di atas, saya menilai SBY bukanlah tipe pemimpin yang terima beres. Dia bukan jenis pimpinan yang duduk manis di belakang meja, atau menyerahkan semua masalah kepada Wapres dan para menteri. Saya tahu persis, SBY itu sangat aktif, mengambil peran memimpin, turun ke lapangan dan hands on.
Keenam, SBY benar – benar bekerja keras memperjuangkan nasib rakyat. Saya yakin rakyat pun mampu melihat fakta bahwa pengangguran dan kemiskinan mulai berkur ang. Bandan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka pengangguran terus berkurang, 9, 9 persen pada tahun 2004 menjadi 8, 5 persen pada tahun 2008. Diproyeksikan angkanya makin turun pada tahun 2009 ini menjadi 8,1 %. Ini merupakan angka terendah setelah tahun 2000. Angka kemiskinan pun semakin semakin menurun, 16,7 % pada tahun 2004 menjadi 15,4 % pada tahun 2008. Dan, itu berarti angka yang belum mampu dicapai oleh pemimpin – pemimpin sebelum SBY.
Ketujuh, SBY mampu merawat kepemimpinan pemerintahan dengan modal politik yang efektif. Padahal modal politik awal sangatlah kecil. Pada dasarnya, keberhasilan seorang pemimpin adalah to effect dan to execute. Keberhasilannya diukur dari kemampuan dia untuk melakukan hal – hal yang tepat. SBY membuka cakrawala baru: bekerja dengan fokus dan efektif itu bisa kita lakukan kapan pun dan di mana pun.
Kedelapan, SBY membawa partainya menang dengan jalan demokratis. Bagi SBY, demokrasi merupakan way of life untuk menjadikan negeri ini sejahtera, berdaulat, dan bermartabat; bukan tujuan itu sendiri. Demokrasi bersifat dinamis dan sangat menghargai proses. Demokrasi adalah tuntutan pasar sosial hingga tidak mungkin ditolak oleh siapapun.
Kesembilan, melakukan terobosan dengan memilih Boediono sebagai Cawapres. Di tengah kecenderungan fragmentasi politik yang sangat kuat mewarnai pergulatan politik akhir – akhir ini, memilih Cawapres Boediono sungguh sebuah terobosan politik. Di mata SBY, sosok Boediono adalah seorang Muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten, dan toleran, serta pribadi yang cerdas, ulet, keras bekerja, dan bertanggung jawab. Ia juga coordinator menteri yang utuh, loyal, cermat, dan jauh dari keinginan mencari muka. Di atas segalanya, dalam mengemban tugas, Boediono tidak memiliki konflik kepentingan seperti bisnis dan motif politik. Bersama Boediono, SBY ingin membentuk cabinet presidensial yang amanah, efektif, dan kredibel. “Mari bekerja keras untuk rakyat. Kabinet adalah forum bekerja bukan untuk berpolitik sendiri – sendiri,” ujar SBY.
Buku ini merupakan media komunikasi anatara suara hati rakyat yang disampaikan langsung kepada pemimpinnya, sekaligus menjadi wahana becermin bagi pemimpin negeri ini dalam melihat sepak terjang dan kerja kerasnya selama ini. Serta menjadi ikrar bersama untuk kembali memenuhi amanat rakyat.
Anas Urbaningrum
-----------------

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat