NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Jumat, 28 Desember 2012

Ketika Sang Gubernur "Menanggalkan" Eksklusifitasnya

By Nangkris*Ketika kita bicara eksklusif seorang Gubernur dengan bukan gubernur (baca:rakyat) maka dapat saya gambarkan dari hal pendapatan atau gaji yang didapat dari pengahsilan bulan sebagai seorang gubernur, yang mau tidak mau ini harus diterima karena memang merupakan hak. Gaji gubernur DKI seperti dilansir oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) adalah Rp. 3 Juta perbulan, tunjangan jabatan rp 5.4 juta perbulan sehingga yang diterima sebesar rp. 8.4 juta perbulan. Selain itu gubernur DKI ditambah dengan tnjunagan operasional sebesar rp.17.6 miliar untuk tahun 2012.

Bukankah itu merupakan sebuah eksklusifitas? Bahkan konon, gaji gubernur DKI jauh lebih besar dari gaji Presiden RI! Itu baru dari sisi gaji. Dari sisi jabatan, prestise tentu seorang gubernur memang diatur untuk  memiliki kekhsususan bila dibanding dengan rakyat yang dipimpinnya. Selebihnya seorang gubernur harus mendapatkan pengawalan dan hal lainnya.Untuk hal-hal yang menyangkut hak dan fasilitas saya rasa mulai dari gubernur terdahulu sampai sekarang, seiring perkembangan jaman adalah sama.

Namun hal lain yang sempat saya amati ternyata dalam hubungan sosial kemasyarakatan  Joko Widodo atau Jokowi memiliki perbedaan dalam menjalankan fungsi dan kedudukan jabatanya. Jokowi hampir melepas eksklusifitasnya dalam hal berinteraksi dengan warganya. Ini tidak pernah dilakukan pendahulunya seintens Jokowi dan bisa juga seektrem Jokowi pula.

Saat Jakarta dilanda banjir ia melakukan pengecekan dilapangan dan berbaur dengan warga. Bagaimana Jokowi mencincingkan celana dengan masih menggunakan atribut "Korpri"? Melihat dan memeriksa gorong-gorong kemudian juga masuk kedadalamnnya. Yang kemudian setelah keluar , Jokowi yang saat itu didamping Kepala Dinas PU menyimpulkan bahwa volume gorong-gorong ternyata tidak mampu mengalirkan debit air secara lancar. Ini yang kemudian menurut Jokowi harus diperlebar. Karena sekecil apapun permasalahn banjir harus segera dituntaskan.

Diantara deferensiasi lainnya yang dimiliki oleh Jokowi adalah gagasan untuk meningkatkan kembali budaya Betawi melalui kegiatan seragam pakaian adat Betawi pada setiap hari Rabu. Inimerupakan "perkataan" yang mudah dan sebuah gagasan yang sederhana tetapi bermakna dalam sekali. Mohon maaf, bagaimana gubernur terdahulu yang beberapa memnag berasal dari Betawi tidak pernah meiliki gagasan seperti ini? Justru Jokowi yang asli Solo itu kini memiliki ide dan gagasan yang begitu bermakna.

Terlepas dari itu, setiap gubernur yang memangku jabatan di DKI ini tentulah memiliki kekurangan dan kelebihan seperti watak dan sikap manusian biasa. Dalam memerintah sebaik apapun seorang gubernur dan kepala pemerintahan soal pro dan kontra tentulah ada. Dan ini memang harus ada! Karena fungsi kontrol yang paling baik adalah justru datang dari orang-orang yang kontra. 

Dalam kaitan tulisan inipula saya hanya menilai objektiv terhadap sepak terjang Jokowi dalam memerintah Jakarta. Dan tentu secara birokarasi pemerintahan mungkin saja apa yang dilakukan Jokowi ini juga tentu ada penialaian tersendiri. Seperti sebagian orang mengatakan , kalau gubernurnya turun kelapangan kemudian apa fungsi walikota, camat dan luirah? dan masih banyak penilaian lainnya.Namun secara pribadi saya menilai baik atas kinerja ini. Sikap kerakyatan, pembauran pejabat dengan rakyat tentu harus dimiliki setiap pemimpin pemerintahan baik tingkat desa sampai presiden!dan patutu ditauladani. Toh dengan berbuat seperti ini tidak mengurangi rasa hormat,sayang dan patuh rakyat kepada pemimpinnya, apalagi terhadap penghasilannya!***Nangkris

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat