NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Minggu, 02 Desember 2012

Menimbang Manfaat Corporate University di saat krisis ini

Pernahkah anda mendengar istilah Corporate University (CU) ? Seperti yang diberitakan oleh media masa, baru-baru ini Allianz telah meresmikan Allianz Indonesia - Corporate University (AICU) di Jakarta. Istilah ini menjadi trend bisnis baru dan fenomena global bagi para pebisnis yang sadar akan pentingnya kualitas sumber daya dimana Human Capital sudah menjadi Human Energy.



Pada awalnya CU yang berasal dari Amerika, merupakan perwujudan dari visi perusahaan yang sadar akan pentingnya sumberdaya manusia sebagai aset utama perusahaan, dan digunakan sepenuhnya sebagai instrumen strategi untuk mencapai tujuan perusahaan. Memang kalau dilihat dari strategi 6C2 - The Iceberg Strategy [ lihat appendix ], untuk sukses mengimplementasikan strategi, ternyata unsur-unsur teknikal yang dilandasi scientific management - tidaklah cukup. Berdasarkan studi empiris, seperti yang para pebisnis alami sendiri, faktor terbesar yang menjadi tantangan pada saat implementasi strategi adalah faktor human-social, yang berada “dibawah permukaan air”. Tidak kelihatan tetapi sangat menentukan berhasil atau tidaknya implementasi .
Di tahun 1993, hanya sedikit perusahaan yang percaya akan pentingnya CU, namun di tahun 2001 CU sudah menjadi bagian internal dari 2.000 perusahaan termasuk Motorola (pelopor Six Sigma), Walt Disney, Boeing, Intel University, Sun U (milik Sun Microsystems), dan Apple University.
Bagaimana di Indonesia. Walau belum banyak sebenarnya sudah ada beberapa Corporate University (CU) di Indonesia, seperti : Astra , Garuda Food, Danamon dll.
Apa keuntungan mempunyai CU bagi pebisnis Indonesia di masa krisis ini ? Berdasarkan survey dan observasi, penulis menemukan beberapa keuntungan dari adanya CU di organisasi anda  seperti :
  1. Mengembangkan kompetensi karyawan agar tetap produktif di masa krisis. Dalam kondisi krisis, ditambah lagi adanya kompetisi yang super ketat, untuk mencapai “TO BE THE BEST “, banyak perusahaan besar yang sadar bahwa tingkat kompetensi sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk mencapai goal ambisius tersebut. Kita bisa belajar dari Mc Donald’s dengan Hamburger University-nya yang berlokasi di Chicago. Meski hanya menjual hamburger, McDonald's sangat serius dalam membangun dan mengembangkan sumber daya manusia berkualitas. Bagi Ray Kroc, berbisnis hamburger bukan sekedar membuat dan menjual hamburger, tetapi lebih dari itu. Bisnis ini adalah bisnis manajemen manusia, baik karyawan maupun konsumen.
  1. Tempat mempertajam naluri bisnis eksekutifnya dan mempersiapkan kader-kader
Akibat globalisasi, tingkat persaingan dan perilaku konsumen semakin sulit diprediksi, sehingga usaha meningkatkan marjin laba pun semakin sulit. Umumnya untuk mengatasi halangan ini, perusahaan akan meningkatkan pengiriman eksekutifnya ke seminar pengembangan strategik dan program MBA. Nyatanya cara ini belum memecahkan masalah inti. Program MBA sering dikritik karena kurang menyentuh persoalan bisnis yang aktual. Masih terlalu general. Ibaratnya program MBA mengajarkan seluruh A to Z kepada siswanya, padahal yang diperlukan hanyalah K atau L saja, dan di bidang tertentu saja. Karenanya beberapa perusahaan menginginkan pendidikan bisnis yang lebih dekat dengan kegiatan bisnis sehari-hari.
Di CU inilah para CEO dapat menyaring dan mempersiapkan kadernya. Dalam hal ini kita harus angkat topi kepada GE University di Crottonville USA. Konon kampus GE ini lebih baik dari Harvard atau Wharton, karena kampus ini lebih banyak menghasilkan CEO dan business leaders yang lebih hebat dibanding sekolah bisnis lainnya. Di Indonesia, Garuda Food sudah melakukannya sejak 2003 melalui CU yang dinamai Tudung Leadership Development Institute.
  1. Mengurangi biaya dan mengorganisasikan training secara lebih terpadu.
Ray Kroc, pendiri McDonald's mengatakan "None of us is as good as all of us". Karenanya diperlukan training. Namun kompetisi bisnis yang ketat menimbulkan dampak pula pada pengetatan biaya training. Sebagai jawabannya, semakin banyak perusahaan yang kian menyatukan upaya training dalam satu paying, yakni : Corporate University. Di Mc Donald’s mereka mendirikan Hamburger University, bukan hanya untuk mendapatkan manajer di masa depan tetapi juga untuk mengurangi biaya training saat ini. Inilah tempat di mana ribuan manajer waralaba baru belajar dan memperoleh gelar sarjana dalam “Hamburgerologi” selama kurang lebih 1 tahun.
  1. Memulai dan mendukung perubahan di organisasi .
Sadar betapa pentingnya merangkul budaya perubahan, banyak perusahaan mencoba mencari mekanisme terbaik mengelola perubahan. Pada masa krisis I periode 1998-1999, Astra terpaksa mem-PHK 20.000 karyawan tetap dan 5.000 pegawai kontrak sehingga jumlah karyawan Astra tinggal sekitar 100.000 orang. Melihat adanya bahaya mendorong Astra mendesain ulang fokus dan strategi bisnis. Perubahan fokus bisnis ini, menuntut perubahan mentalitas dan kompetensi yang sangat besar. Karenanya Astra melakukan perubahan organisasi dan menetapkan figur-figur yang tepat untuk mengisi posisi yang ada berdasarkan kebutuhan organisasi serta kompetensi baru yang dibutuhkan. Menyadari bahwa perubahan terberat adalah menyangkut manusia, maka tugas “merubah” orang tersebut dilakukan oleh Astra Management Development Institute, CU-nya Astra. Tidak mengherankan kalau Astra kini disebut-sebut sebagai organisasi dengan system manajemen terbaik di Indonesia .
  1. Meningkatkan pemahaman akan nilai-nilai perusahaan, sehingga menciptakan corporate culture, yang pada ujungnya berpengaruh terhadap profitabilitas dan loyalitas terhadap perusahaan
Salah satu kunci sukses GE – menurut Jack Welch – adalah karena kampus GE ini bukan hanya sebagai tempat untuk mendidik karyawan menjadi lebih baik, namun juga sebagai medium memperluas perubahan dalam kultur dan pemikiran yang membuat GE terus maju.
Demikina juga di Hamburger University – Mc Donalds, para siswa dilatih tidak hanya keahlian teknis tetapi juga nilai-nilai perusahaan, kultur, filosofi, sejarah perusahaan, dan keahlian kepemimpinan, agar bisa memberikan layanan, kebersihan, dan nilai-nilai berkualitas tinggi bagi konsumen. Di sinilah para siswa diindoktrinasi, dibentuk, dan dikembangkan. Inilah rahasia mengapa Mc Donlad’s menjadi fast food restoran terbanyak di dunia. Bahkan majalah The Economist menggunakan "Big Mac Index": perbandingan harga Bic Mac di berbagai mata uang dunia untuk mengukur purchasing power parity.
  1. Meningkatkan Corporate Social Responsibility
Selain memberikan edukasi kepada internal perusahaan, CU juga dapat digunakan sebagai bagian dari CSR. Misalnya Allianz juga memberikan kesempatan kepada mitra usaha untuk ikut dalam programnya. Pelanggan GE ataupun orang-orang lain yang beruntung ( level manager), bisa menikmati ilmu manajemen GE melalui program ACFC (At the Customer for the Customer) di kampus GE.
Langkah sebagian perusahaan untuk membuat CU adalah langkah yang tepat, sebab banyak perusahaan yang walaupun menyadari pentingnya sumber daya manusia, namun biasanya hanya berhenti di ucapan-ucapan saja, dan sekedar formalitas mengirimkan pegawainya secara parsial untuk ikut training ( yang di-disain secara generik ), sehingga seringkali tidak selaras dengan visi-misi perusahaan. Para pebisnis ini rupanya menganggap remeh faktor human-social ini. Ibaratnya kapal Titanic, yang hanya memandang bagian atas bongkahan es (unsur teknikal ), tetapi lupa akan bahayanya bagian bawah bongkahan es ( unsur human-social ). Dan seperti yang sama-sama kita ketahui, terjadilah malapetaka itu. Benarlah apa yang didapatkan penulis sewaktu mengikuti program Directorship dari IICD, dimana dikatakan salah satu sebab mengapa perusahaan bisa tersungkur adalah faktor : mengabaikan Human Energy ini.
Lalu bagaimana jika perusahaan anda belum memiliki kompetensi, pengalaman, dana , sumber daya untuk melaksanakan Corporate University ? Umumnya yang dilakukan perusahaan besar adalah bekerja sama dengan program MBA yang sudah mapan walaupun sebenarnya seringkali programnya terlalu umum dan tidak berdampak langsung terhadap perusahaan.
Bagi perusahaan dengan dana terbatas, solusinya adalah : di-outsource-kan kepada lembaga yang mampu membawa para lecturers`S2 - yang sudah terbiasa mengajar di program MBA – untuk datang mengajar di kantor anda. Toh 70% pengajar S-2 di berbagai program MBA di Jakarta adalah orang-orang yang sama. Perusahaan bisa mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang sama dengan biaya yang lebih terjangkau. Disamping itu program ini bisa diminta untuk diselaraskan dengan kebutuhan perusahaan. Sebelum lulus, para peserta diharuskan membuat projek yang berdampak positif kepada perusahaannya. Jadinya ilmu yang dipelajari bisa berguna bagi perusahaannya. Sinar Mas sudah melaksanakannya, dan dipercaya akan segera diikuti oleh perusahaan lainnya yang yakin akan potensi Human Energy.

Jadi bagaimana jawaban anda atas pertanyaan diatas ?


Penulis adalah pemerhati strategi bisnis dan penemu konsep 6C2 The Ice-Berg Strategy. Dapat dihubungi di   danielbusinessdoctor@gmail.com

Sumber link: http://www.konsultasibisnis.com/index.php/artikel-konsultasi-bisnis/4-menimbang-manfaat-corporate-university-di-saat-krisis-ini

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat