NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Senin, 10 Desember 2012

Korupsi, Kapan Akhirnya?

Sengaja saya buat tulisan ini sebagai rakyat yang insyaallah berpendirian hati untuk tidak melakukan korupsi. Berharap, meski Pak SBY tidak akan pernah membaca tulisan ini, namun dari hati yang paling dalam saya mendoakan semoga beliau menjelang akhir jabatannya ke duakalinya ini dapat meredam badai korupsi di negeri ini, saya tidak pernah kecewa pada Pak SBY (karena saya tidak pernah memilihnya) namun sebagai rakyat saya tidak menutup mata atas keberhasilan-keberhasilan beliau dan wajib mendukung program-programnya dalam perbaikan negeri ini!...

 
Pencanangan hari koerupsi sedunia kemarin (9/12) mudah-mudahan membawa dampak positif terhadap bangsa Indonesia khususnya dan penduduk dunia. Meski Indonesia bukan negara pertama dan utama sebagai negara korup, namun kondisi negeri dan bangsa ini harus menelan pil pahit terhadap badai korupsi yang semakin menjadi.

Kalau kita bicara korupsi, maka pikiran kita akan tertuju pada sebuah partai besar dan mendapat kepercayaan penuh dari para ,pemilih pemeluk dan pencitanya Partai Demokrat! Karena tak ada hal yang layak dikupas selain partai berlambang Mercy ini. Pada awal pemunculannya penggagas partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono benar-benar seolah-olah menjadi "satrio piningit" yang diharapkan mampu membawa negara ini lebih baik. Dengan ketampanan dan citra diri yang tak ada "cela" dalam karirnya SBY mearik magnet bagi hampir 70% rakyat Indonesia. 

Mereka (kaum awam kalau saya katakan demikian) seolah terbius, tak ada figur yang pas untuk memimpin negeri ini selain SBY. Dengan segala motto, semboyan dan filosofinya "Katakan Tidak Pada Korupsi!" memang telah mengantar partai Demokrat ke pintu gerbang kekuasaan , 2 kali!

Namun apa yang terjadi kemudian, meski bukan saja kader Demokrat yang terjerat, disangka dan bahkan sudah dipidana masalah korupsi, namun sebagai partai pemerintah yang tentunya memiliki otoritas lebih dari partai-partai lainnya di dalam menjalankan roda pemerintahan, ternyata kader-kader asuhan SBY ini benyak yang tergelincir pada kasus korupsi. Ini sebuah kontradiksi.

Saya sangat yakin (secara lahiriah terhadap sosok SBY) bahwa tujuan dan misis partai Demokrat adalah membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Namun apa yang terjadi, semakin sering didengungkan program anti korupsi, semakin banyak saja kasus-kasus yang membelit anak asuhnya (kader). Mustahil rasanya bila SBY baik secara verbal dan non verbal menyuruh kader-kadernya untuk korupsi guna mengisi pundi-pundi keuangan partai, namun realitanya kader partai Demokrat yang berada pada pos pos "unggulan" sebagai mesin uang justru lebih banyak yang terjerat korupai.

Hari ini (10/12) paskah ditetapkannya AAM yang juga sebagai anggota dewan pembina, sebagai menteri olah raga sebagai tersangka kasus korupsi hampir 300 M pembangunan gedung olah raga Hambalang, kembali SBY memanggil petinggi partai Demokrat ke Puri Cikeas. Lalu mau diarahkan kemana lagi kader-kader Demokrat ini. Jauh sebelum kasus-kasus yang mendera kader-kader partai Demokrat pada kasus korupsi, sangat yakin SBY sering memberikan pengarahan. Namun apa yang terjadi? kasus-kasus korupsi terus saja bergulir seakan tak bisa dihentikan. 

Prestasi SBY dalam membawa perekonomian bangsa ini boleh dicatat sebagai keberhasilanl. Namun apa sebenarnya yang terjadi pada saat yag bersamaan kader-kader partai Demokrat melakukan perongrongan pada performasi yang telah di capai. Para kader yang terdiri dari elite intelektual itu justru melakukan tindakan yang bertetangan dengan motto partainya "katakan tidak pada korupsi". Saya jadi ingat pada sloga slogan dalam marketing, kono kelemahan dijadikan keunggulan, contoh "Suaranya nyaris tak terdengar" pada promo mobil betenaga mesin diesel yang suaranya hingar bingar, namun dengan piawai para biro iklannya berpromo "suaranya nyaris tak terdengar", apakah sedemikian dengan partai Demokrat?

Sebagai pekerja, saya, yang sangat dipengaruhi oleh regulasi pemerintah  selalu berharap agar pemeritahan SBY , terutama kader kader yang nakal,  benar-benar dapat menghentikan kasus-kasus korupsi, meski saat ini konon masih ada kader kader Demokrat yang masih diincar dalam kasus korupsi. Saya jadi ingat bahwa pada jamannya dulu  SBY adalah sefaham dengan saya dalam menentukan arah politik di negeri ini. Dan begitu hengkang saat ini, SBY dengan segala kemampuannya berusaha memeperbaiki kondisi negeri ini yang memang sebelumnya tidak terlalu baik! ***Nangkris

Sumber gambar dari internet.

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat