NKN NEWS STICKER

Akibat imbas debu vulkanik gunung Kelud, di Mojokerto kini langka masker. Bahkan dibeberapa apotik dan swalayan juga habis

Kamis, 08 September 2011

Kenapa Perjalanan Pulang Terasa Lebih Singkat?


Ketika melayang dari bulan ke bumi pada 1969, astronaut Alan Bean, yang berada dalam modul Apollo 12, merasakan efek aneh. "Perjalanan pulang terasa lebih singkat," ujar Bean.


Cerita efek ganjil ini terjadi tak hanya di antariksa. Di bumi, manusia kerap merasakan hal yang sama. Perjalanan menuju suatu tempat terasa lebih lama ketimbang perjalanan kembali ke rumah, meski lintasan yang ditempuh sama jauhnya. Efek perjalanan pulang ini ternyata berhubungan dengan memori dan pengalaman manusia.


Pendapat umum mengatakan manusia mencoba mengenali daerah yang belum pernah ditempuh. Otak merekam tanda-tanda pengenal di sepanjang jalan, seperti monumen, pohon tinggi, bangunan, dan rambu lalu lintas. Pengalaman inilah yang dibangkitkan saat perjalanan pulang sehingga menciptakan efek perjalanan pulang. Namun psikolog dari Tilburg University, Belanda, Niels van de Ven, membantah pemahaman tersebut.


"Efek ini juga terjadi saat saya berkendara menggunakan pesawat. Ketika melongok ke jendela, tak ada yang bisa dikenali," ujar Van de Ven.


Berbekal keraguan atas anggapan umum tersebut, ia melakukan eksperimen yang mengeksplorasi perasaan tersebut. Ia meminta dua kelompok pesepeda menempuh perjalanan menuju sebuah tempat.

Saat perjalanan pulang, Van de Ven membagi pesepeda dalam dua kelompok. Satu kelompok diminta pulang dengan menempuh lintasan yang sama, sedangkan kelompok yang lain menempuh lintasan berbeda tapi memiliki jarak yang sama. Jika pendapat umum benar, kelompok yang menempuh lintasan pulang yang sama dengan perjalanan pergi harus merasakan waktu tempuh lebih singkat.


Hasil eksperimen berkebalikan dengan pendapat umum. Kedua kelompok sama-sama merasakan perjalanan pulang terasa lebih cepat.

Dari hasil tersebut, Van de Ven sampai pada penjelasan lain atas efek perjalanan pulang. Menurut dia, manusia terlalu optimistis saat memulai bepergian ke suatu tempat. Saat menempuh perjalanan pulang, manusia menduga perjalanan lebih panjang. "Saat melangkah pulang, manusia berpikiran perjalanan akan jauh lebih lama," Van de Ven menambahkan.


Praduga sebelum perjalanan tersebut ternyata sangat menentukan perasaan manusia selama menempuh perjalanan. Seorang optimis justru merasakan perjalanan pergi membutuhkan waktu lebih lama, sedangkan bagi seorang pesimis perjalanan pulang terasa lebih cepat.


"Efek ini timbul akibat harapan, apa yang Anda pikir akan terjadi," ucap psikolog lain dari Elizabethtown College, Michael Roy.

Ia merasa kesimpulan yang didapatkan dari eksperimen terbaru ini tak akan diterima luas oleh psikolog lainnya. Karena itu, ia mengakui temuan baru ini bukan penjelasan tunggal atas efek perjalanan pulang.l NPR | ANTON WILLIAM

Tidak ada komentar:

Terimakasih Atas Kunjungannya. Semoga Bermanfaat